PWMU.CO -Tragedi pembantaian suku Rohingya yang terjadi di Myanmar menimbulkan simpati yang luar biasa bagi bangsa Indonesia.
Tidak terkecuali mulai dari usia Balita sampai dewasa semua telah menunjukkan kepekaannya dalam merasakan rasa sakit yang amat dalam bagi kaum muslim Rohingya.
Itu artinya keshalehan sosial masyarakat Indonesia bisa diandalkan. Bayangkan hampir disetiap sudut kota baik dilingkungan kampus ataupun lainnya semua dengan niat tulus ikhlas lalu lalang di jalan untuk mendapatkan uang sekedarnya dari para pengguna jalan. Mulai anak usia Taman Kanak Kanak hingga lansia turut ambil bagian dalam penggalangan dana demi aksi kemanusiaan semata hanya ingin membantu para muslim Rohingya.
Ibarat satu tubuh , bila sebagian tubuh sakit maka yang lainnya juga akan ikut sakit, sebagaimana bunyi hadits yang artinya; An-Nu’man bin Basyir berkata, Nabi SAW. Bersabda, “Anda akan melihat kaum mukminin dalam kasih sayang dan cinta-mencintai, pergaulan mereka bagaikan satu badan, jika satu anggotanya sakit, maka menjalarlah kepada anggota lainnya sehingga badannya terasa panas dan tidak dapat tidur.” H.R. Bukhori
(Baca juga: Infaq Jum’at ke-2 September Masjid Muhammadiyah se-Jatim Disalurkan ke Rohingya)
Makna hadits tersebut sangat jelas. Lumrah bila muslim siapapun dia akan merasa terhentak untuk membantu muslim Rohingya akibat kebiadaban tentara Myanmar. Keshalehan sosial yang luar biasa ini seharusnya menjadi modal terbesar bagi bangsa Indonesia untuk bisa dijadikan sebuah solusi, keluar dari berbagai macam krisis global yang telah melanda bangsa tercinta ini. Tidak malah dijadikan bahan gorengan demi menampilkan egoisme sang pejabat.
Krisis moral yang digembar gemborkan oleh masyarakat Indonesia , ternyata bukan isapan jempol belaka. Betapa tidak , kekejian yang dipertontonkan tentara Myanmar dengan kasat mata itupun masih menuai su’udzan bagi para pejuang simpati Rohingya. Aksi
-aksi nyata yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia itu mempunyai karakter yang kuat.
baca juga : Do’a untuk Rohingya, SD Muda Ceria Ajari Siswa Berempati melalui Seni
Tidak adanya kepercayaan antara negarawan dengan rakyatnya ataupun dengan ulamanya, merupakan salah satu dari sekian banyak penyebab
sebuah keterpurukan akan kepercayaan. Sehingga Indonesia yang berkarakter akhirnya kebingungan dengan karakternya sendiri, terbukti dengan adanya reaksi penolakan akan desain pendidikan untuk membentuk karakter anak bangsa sesuai dengan cita – cita luhur bangsa Indonesia .
(Baca: Do’a untuk Rohingya, SD Muda Ceria Ajari Siswa Berempati melalui Seni)
Karakter yang kuat merupakan prasyarat untuk menjadi seorang pemenang di era hyperkompetitif saat ini. Seseorang akan termarjinalkan ketika ia mudah menyerah, tidak memiliki prinsip, bertindak pragmatis dan oportunis. Oleh karena itu pendidikan karakter yang menggambarkan pribadi yang ‘Indonesia’ merupakan keniscayaan bagi bangsa ini untuk membangun mental pemenang dan berperilaku yang baik sesuai norma agama sehingga tercipta generasi bangsa yang pantang menyerah, spirit yang kuat, serta menunjukkan sikap yang dinamis, bermoral dan berakhlak. (uzlifah)
Save Rohingya…!