PWMU.CO – AMM Mulyorejo laksanakan kemah kader yang bertajuk “Kader Mencerahkan Semesta Menuju AMM Mulyorejo Unggul dan Kemajuan” di Pacet, Mojokerto selama 2 hari, Selasa-Rabu (9-10/7/24) diikuti 110 peserta.
Menjadi kader Muhammadiyah tidak perlu takut dan ragu dalam menghadapi situasi apapun ketika berada di jalan yang benar.
Demikian disampaikan Abdullah As Syi’abul Huda SSos MSos lebih dikenal Cak Wo, ketika menghadiri dan memberikan materi Kemah Kader Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Cabang Mulyorejo Surabaya.
AMM Cabang Mulyorejo pernah menjadi episentrum gerakan dakwah Muhammadiyah Surabaya. Bahkan Ortomnya pun seperti Pemuda, NA dan IPM pernah berada pada orbit gerakan dakwah yang “Trengginas” se-Kota Surabaya.
“Gerakan AMM Mulyorejo pernah menjadi denyut nadi perjuangan dan perkembangan dakwah muhammadiyah di surabaya adalah hasil dari sejarah panjang lahirnya kader-kader militan dan progresif,” ujar cak Wo.
Dengan fasilitas dakwah yang seadanya, malah menjadi pemantik perjuangan untuk menunjukkan kualitas kader yang tak pernah mundur dalam menghadapi kondisi apapun.
Hal ini tak lepas dari pondasi nilai dari prakata Jendral Sudirman yang mengatakan “Sungguh berat menjadi kader Muhammadiyah, bimbang dan ragu lebih baik pulang,” jelasnya.
“Ciri seorang kaderisasi di Muhammadiyah adalah bagaimana ia memahami dirinya bersaksi sebagai seorang yang berbeda dengan manusia lainnya. Hal ini dikarenakan seorang kader adalah manusia atau individu yang ditempa, dilatih dan dididik dari sebuah wadah pengkaderan,” tutur Cak Wo.
Suasana Kemah Kader
Setelah mengalami prosesnya seorang kader Muhammadiyah berkewajiban menumbuhkan jiwanya sebagai seorang Muslim dan ideologinya sebagai kader persyarikatan Muhammadiyah.
Pertanyaan awal dalam diri kader persyarikatan adalah tentang, apa itu Muhammadiyah?
Jawabannya tentu berdasar pada anggaran dasar persyarikatan itu sendiri. Dimana Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan misi dakwah dan tajdid untuk terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya.
“Di sisi lain, untuk merefleksikan kegiatan Kemah Kader AMM Cabang Mulyorejo hari ini. Saya menawarkan 3 (tiga) pembahasan di mana kita wajib mengetahui apa itu Kader, Pengkaderan dan Kaderisasi,” kata Cak Wo.
Kader adalah individu yang telah melaksanakan proses penempaan diri, pelatihan dan pendidikan. Sehingga dalam banyak makna ‘Kader’ sering diartikan sebagai “Anggota Inti” atau di Muhammadiyah pernah disebut sebagai “Anggota Muda”.
Pengkaderan adalah, wadah atau tempat dari individu itu belajar dan berlatih. Di Muhammadiyah biasanya disebut Baitul Arqam atau Darul Arqam. Kalau di ortom ada yang menggunakan Baitul Arqam, Taruna Melati dan Darul Arqam.
“Dahulu di awal-awal Muhammadiyah berdiri bahkan sampai saat ini tempat pengkaderan dilakukan di Pondok Pesantren/Sekolah/Amal Usaha Muhammadiyah,” ungkap Cak Wo.
Kaderisasi adalah proses keberlanjutan pengkaderan untuk mencetak para kader. Hal ini menjadi tugas pimpinan persyarikatan untuk terus istiqomah melaksanakan proses pengkaderan untuk mendapatkan kader berkualitas. Baik itu Pimpinan Persyarikatan dan Amal Usaha Muhammadiyah.
Di Muhammadiyah, pengkaderan terkategorisasi, ada pengkaderan formal/utama dan pengkaderan fungsional/non formal.
“Kandung maksud dari pengkaderan formal/utama adalah untuk mencetak kader yang siap memimpin persyarikatan Muhammadiyah atau Ortom,” imbuh Cak Wo.
Jikalau pengkaderan fungsional/non formal dikandung maksud untuk menambah wawasan tentang Islam dan Muhammadiyah. Serta peneguhan jiwa atau refleksi diri tentang berkehidupan menjadi warga Muhammadiyah.
Dengan demikian “Kemah Kader” ini merupakan tempat pengkaderan fungsional,” demikian pesan Cak Wo.
Kegiatan ini harus menjadi arena silaturrahim jiwa untuk merefleksikan diri, apa, bagaimana dan mengapa kita bermuhammadiyah.
“Dan jangan lupa, kutipan dari Kiai Dahlan “jadilah apapun di luar sana tapi jangan lupa kembali ke Muhammadiyah,” tandas Cak Wo.(*)
Penulis Maulana Saifudin Editor Amanat Solikah