Maksum Radji (Foto: PWMU)
Maksum Radji – Guru Besar Prodi Farmasi, Fikes – Universitas Esa Unggul Jakarta/Pembina Pondok Pesantren Babussalam Socah, Bangkalan.
PWMU.CO – Hari Hepatitis Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 28 Juli, merupakan seruan global untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia terhadap penyakit hepatitis.
Dipilihnya tanggal 28 Juli ini untuk memberikan penghargaan kepada Pemenang Hadiah Nobel Dr. Baruch Samuel Blumberg atas penemuam virus Hepatitis B dan pengembangan vaksin hepatitis yang selama ini telah digunakan untuk mencegah penularan virus hepatitis B.
Adapun tema Hari Hepatitis Sedunia tahun ini adalah, “Hepatitis Can’t Wait,” atau “Hepatitis Tidak Bisa Menunggu” menekankan kebutuhan mendesak untuk mempercepat upaya diagnosis, pengobatan, dan pencegahan. Tema tersebut menyerukan tindakan segera untuk menyelamatkan nyawa, mengurangi infeksi baru, serta meningkatkan akses untuk perawatan dan pengobatan.
Apa itu penyakit hepatitis
Hepatitis adalah penyakit yang memiliki gejala berupa peradangan pada organ hati. Kondisi ini bisa terjadi karena infeksi virus, kebiasaan minum alkohol, paparan zat toksik atau obat-obatan tertentu.
Dilansir dari laman https://www.who.int/health-topics/hepatitis#tab hepatitis disebabkan oleh infeksi virus hepatitis yaitu virus hepatitis tipe A, B, C, D, dan E.
Meskipun semua tipe virus hepatitis dapat menyebabkan penyakit hati, namun masing-masing berbeda dalam cara penularan, tingkat keparahan penyakit, distribusi geografis, dan cara pencegahannya. Beberapa kasus infeksi virus dapat sembuh dengan sendirinya. Sedangkan infeksi virus hepatitis B dan C dapat menyebabkan komplikasi serius seperti sirosis hati dan kanker hati.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 350 juta orang di seluruh dunia hidup dengan infeksi hepatitis B atau C kronis. Sayangnya, jutaan orang masih belum terdiagnosis, sehingga menghambat pengobatan yang tepat waktu dan berpotensi menularkan virus kepada orang lain tanpa disadari.
Untuk itulah maka WHO telah menetapkan target ambisius untuk memberantas hepatitis B dan C sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada tahun 2030, dengan tujuan untuk mengurangi 90% infeksi baru dan mengurangi 65% angka kematian. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan pendekatan yang beragam, antara lain dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penularan hepatitis, pencegahan, pentingnya diagnosis dan pengobatan dini. Disamping itu upaya untuk memperluas cakupan vaksinasi hepatitis, meningkatkan skrining dan diagnosis dini hepatitis B dan C, meningkatkan akses terhadap pengobatan, serta memperkuat sistem kesehatan nasional, guna memberikan layanan hepatitis yang komprehensif.
Transmisi dan penularan virus hepatitis
Virus hepatitis menular dan dapat menyebar sebelum seseorang menyadari bahwa dirinya sakit. Setiap jenis hepatitis menyebar secara berbeda. Masing-masing tipe virus hepatitis memiliki cara penularan yang berbeda. Virus hepatitis A terutama ditularkan melalui makanan dan air yang terkontaminasi, virus hepatitis A biasanya menyebabkan penyakit hepatitis akut.
Virus hepatitis B ditularkan melalui cairan tubuh seperti darah dan sperma dan cairan tubuh lainnya. Infeksi kronis dapat menyebabkan kerusakan hati. Vaksinasi memberikan perlindungan terhadap infeksi virus hepatitis B.
Virus hepatitis C ditularkan melalui jarum suntik yang terkontaminasi. Penyakit ini dapat berkembang menjadi penyakit hati yang parah jika tidak terdeteksi dan tidak dilakukan pengobatan dini.
Virus hepatitis D ditularkan secara bersamaan atau koinfeksi bersama virus hepatitis B. Koinfeksi antara dua jenis virus ini dapat memperburuk perjalanan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Sedangkan virus hepatitis E, terutama ditularkan melalui air yang terkontaminasi dan dapat menyebabkan penyakit akut, terutama pada wanita hamil.
Tanda dan gejala umum hepatitis
Gejala penyakit hepatitis yang disebabkan oleh infeksi beberapa tipe virus hepatitis umumnya serupa dan dapat mencakup satu atau lebih dari gejala berikut, antara lain air seni berwarna gelap, feses berwarna pucat, diare (hanya hepatitis A), lelah, demam, nyeri sendi, kehilangan selera makan, mual, sakit perut, muntah, kulit atau mata berwarna kekuningan dan gejala hepatitis kronis yang dapat berlangsung selama beberapa tahun antara lain pembesaran hati atau hepatomegali, sirosis hati dan kanker hati.
Diagnosis hepatitis
Pada umumnya diagnosis hepatitis selain pemeriksaan klinis juga perlu ditunjang dengan pemeriksaan laboratoriun untuk memastikan penyebab hepatitis.
Beberapa uji yang biasanya dilakukan antara lain adalah, uji fungsi hati, untuk memeriksa kadar protein atau enzim dalam darah, yang dapat menunjukkan kerusakan pada hati, uji antibodi terhadap virus hepatitis, untuk mengetahui jenis antibodi virus hepatitis dalam darah dan menentukan apakah hepatitis bersifat akut atau kronis. Disamping itu juga dilakukan pemeriksaan USG, untuk mengetahui jenis kelainan pada organ hati, seperti kerusakan hati, pembesaran hati, atau tumor hati, serta bopsi hati, untuk menentukan penyebab kerusakan di jaringan hati.
Pengobatan hepatitis
Pada umumnya, pengobatan hepatitis selain ditujukan untuk mengeliminasi virus penyebab hepatitis juga dilakukan pengobatan untuk mengurangi gejala-gejala hepatitis yang muncul (seperti mual muntah dan sakit perut). Pemberian obat-obatan juga harus berhati-hati, karena fungsi hati pengidapnya sedang terganggu. Sehingga pilihan pengobatan perlu disesuaikan dengan jenis dan kondisinya.
Adapun obat-obat yang biasanya dapat diberikan adalah, obat antivirus untuk menghambat perkembangbiakan virus, dan untuk mencegah kerusakan hati lebih lanjut. Beberapa antivirus yang biasanya diberikan antara lain adalah entecavir, ribavirin, atau tenofovir yang bermanfaat untuk pengidap hepatitis B atau C kronis.
Serlain itu dapat diberikan interferon yang berfungsi untuk menghambat penyebaran virus dan mencegah kerusakan hati menjadi lebih parah. Biasanya interferon diberikan melalui suntikan setiap minggu selama 6 bulan. Adapun jika kerusakan hati sudah sangat berat, maka jalan terakhir dapat direkomendasikan upaya transplantasi hati.
Bagaimana upaya pencegahan hepatitis
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah hepatitis antara lain adalah, vaksinasi hepatitis A dan B, lakukan pola hidup sehat dan bersih, mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air, serta hindari penggunaan bersama jarum suntik, pisau cukur, sikat gigi, berhati-hati dengan tato dan tindik, pastikan jarum dan peralatan disterilkan dengan baik, serta melakukan hubungan seksual yang aman, menggunakan kondom dan tidak berganti-ganti pasangan.
Selain itu, pastikan transfusi darah aman dengan hanya menerima darah yang telah diskrining bebas virus hepatitis, hindari mengonsumsi makanan dan air yang terkontaminasi, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk, hindari konsumsi alkohol, serta lakukan pemeriksaan rutin jika memiliki risiko tinggi tertular virus hepatitis, misalnya mereka yang pernah kontak dekat dengan penderita hepatitis.
Mari kita dukung bersama upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit hepatitis ini di Indonesia. Semoga para penderita hepatitis akut maupun kronis mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau oleh semua orang yang membutuhkannya di seluruh Indonesia.
Editor Teguh Imami