Foto bersama peserta ikhwan Pesantren Jurnalistik oleh MPI PDM Kabupaten Kediri, Sabtu (27/7/2024). (Istimewa/PWMU.CO)
PWMU.CO – Majelis Pustaka dan Informasi PDM Kabupaten Kediri menggelar Pesantren Jurnalistik dengan tema Kiat Menulis Konten Media Sosial, Tehnik Menulis Berita, dan Opini di Media Massa. Kegiatan tersebut berlangsung di Masjid Imam Balqi Kampung Inggris Pare Kabupaten Kediri, Sabtu (27/7/2024).
Tercatat, terdapat 38 peserta yang menghadiri kegiatan tersebut dari berbagai wilayah area Pare Kediri. Selain itu, juga ada peserta dari luar Jawa yang berdomisili belajar di Kampung Inggris Pare.
Pemateri dari Pemred Matan
Pukul 07.30 WIB para peserta mulai berdatangan untuk check in di teras Masjid Imam Balqi. Panitia menyambutnya dengan senyum dan piring-piring yang tertata rapi di meja dengan jamuan di atasnya.
Ainur Rafiq Shopiaan SE Msi, Pemred Majalah Matan, selaku pemateri mulai menyapa peserta. “Berikan satu contoh saja, apa yang baru di hari ini?” katanya.
Spontan beberapa peserta langsung menjawab dengan kejadian yang mereka alami. “Kopi gratis pak,” celetuk salah satu peserta di barisan ikhwan.
Sambut tawa seluruh peserta seakan memecahkan suasana tegang yang ada. “Iya ya, benar juga,” gumam peserta paling belakang.
Kopi gratis sengaja tersediakan oleh panitia untuk menambah semangat dan gayengnya kegiatan Pesantren Jurnalistik.
Foto bersama peserta akhwat Pesantren Jurnalistik oleh MPI PDM Kabupaten Kediri, Sabtu (27/7/2024). (Istimewa/PWMU.CO)
Lebih lanjut, Pemateri menjelaskan materi demi materi dengan cukup jelas, seperti salah satu syarat membuat berita yaitu teknik wawancara.
Ia menyampaikan, seorang wartawan tidak boleh berpihak pada salah satu narasumber, agar mendapatkan informasi yang valid dan lengkap.
Praktik Langsung dalam Pesantren Jurnalistik
“Saya membutuhkan satu relawan untuk praktik wawancara maju ke depan, sebagai seorang narasumber,” katanya.
Salah satu peserta yang bernama Ahdan maju ke depan. Peserta asli warga Pare tersebut berusia 20 tahun.
“Sekarang mas Ahdan sebagai narasumber yang saya wawancarai. Kita mulai ya… Nama dan alamatnya mana mas? Sebagai warga Pare, bisa diceritakan pesan dan kesannya adanya Kampung Inggris,” kata Ainur, sapaan akrabnya.
“Jadi begini pak, nama saya Muhammad Ahdan umur 20 tahun, dan warga asli Pare. Saya itu resah melihat pergaulan di Kampung Inggris. Di satu sisi untuk belajar mendalami bahasa inggris, tetapi di sisi lain pergaulan muda mudi yang dianggap wajar” ungkap Ahdan.
“Keresahan itu pun akhirnya saya ungkapkan ke salah satu pimpinan kursusan dan saya datang ke sana” ujar Ahdan dengan bahasa tubuhnya yang nyentrik.
“Wah begitu ya mas. Semoga ke depannya mas Ahdan bisa menjadi Kepala Desa Tulungrejo, untuk memberantas itu semua. Begitu ya kurang lebih bapak dan ibu, contoh dari wawancara. Kita sebagai seorang wartawan seolah-olah berpihak pada narasumber yang diwawancarai” tegas Ainur.
Sesekali peserta menyeruput kopi untuk menambah semangatnya.
Kegiatan yang berlangsung sampai pukul 11.30 WIB, dan berakhir dengan foto bersama antara pemateri dan peserta.
Semoga ke depannya terlahir jurnalis-jurnalis hebat di Kabupaten Kediri! (*)
Penulis Rofi’ Zuliana, Editor Danar Trivasya Fikri