PWMU.CO – Tidak hanya Masjid Nabawi yang menjadi destinasi wajib para jamaah haji Indonesia saat berziarah ke Madinah Al-Munawwarah Saudi Arabia, tetapi juga berkeliling ke tempat-tempat bersejarah di sekitar Masjid Nabawi. Hal ini dilakukan oleh sebagian jamaah haji Baitul Athiq saat diajak oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Thoha Mahsun MPdI pada Selasa (9/7/2024).
Thoha, sapaan ketua PDM, meminta para jamaah untuk berkumpul di gate 327 yang papannya berwarna Jingga (Oranye) tepat pukul 05.00 Waktu Madinah, selepas shalat Subuh.
Semua jamaah berkumpul di gerbang yang berada di sisi Tenggara masjid Nabawi. Dari tempat gate tersebut, Thoha berkisah tentang pasar yang dulunya dibangun Nabi Muhammad pertama kali dan diberi nama Souq Manakhah (Pasar Manakhah).
Saat ini, pasar tersebut letaknya di sebelah barat masjid dan sudah berubah fungsi menjadi lapangan luas. Di lapangan tersebut banyak karpet yang digulung usai pelaksanaan shalat.
Pasar Manakhah merupakan pasar yang dibangun dengan tujuan untuk menjaga niat kaum muslimin agar tidak terjerumus oleh praktik riba sebagaimana pasar-pasar kaum yahudi seperti pasar Qainuqa di kota Madinah atau yang saat itu disebut sebagai kota Yatsrib.
“Pedagang diajarkan untuk berlaku adil oleh Nabi, seperti jika berjualan buah-buahan maka harus kelihatan mana yang segar dan mana yang sudah matang lama, tidak boleh disembunyikan,” tutur Thoha mengawali kisahnya saat menjelaskan di hadapan jamaah tour keliling Masjid Nabawi.
Thoha kemudian terus berjalan dan diikuti oleh jamaahnya mengarah ke Selatan, tepat di barat Masjid Nabawi. Tidak jauh dari pasar Manakhah ada taman yang sedang dipugar, taman itulah yang disebut dengan Saqifah Bani Saidah. Thoha kemudian memberikan kesempatan kepada salah satu ketua regu 36 Baithul Athiq Zaki Abdul Wahid untuk menjelaskan jalan cerita kejadian yang ada di tempat tersebut.
Zaki yang tidak lain adalah guru SD Muhammadiyah Manyar (SDMM), bercerita bahwa Saqifah Bani Saidah dulunya adalah tempat berkumpulnya kaum Anshar yang selalu berdiskusi tentang siapa yang paling pantas menjadi Khalifah sepeninggal Rasulullah SAW.
“Ketika itu Saad bin Ubadahlah yang diusung oleh kaum Anshar untuk menjadi Khalifah pertama namun, Umar bin Khattab meminta semua kaum muslimin untuk membaiat Abu Bakar As Siddiq untuk menjadi Khalifah pertama. Pada akhirnya semua yang ada di Saqifah Bani Saidah berbondong-bondong berjabat tangan dengan Abu Bakar tanda berbaiat,” terang Zaki dengan nada menggebu-gebu.
Adanya peristiwa pembaiatan Abu Bakar oleh kaum Syiah, di kemudian hari dianggap paling kontroversial karena bukan Ali bin Abi Thalib yang menjadi khalifah karena tidak hadir saat pembaiatan tersebut.
“Karena Ali bin Abi Thalib saat itu masih muda untuk menjadi Khalifah dan Umar menganggap bahwa Abu Bakarlah yang pantas karena setiap Nabi Muhammad SAW sakit, beliau mengutus Abu Bakar untuk menjadi imam pengganti di Masjidnya,” imbuhnya.
Perjalanan kemudian berlanjut ke destinasi berikutnya tepatnya di timur laut masjid Nabawi. Disitu ada masjid bersejarah yang disebut dengan Masjid Ghamamah.
Thoha menyebut bahwa, masjid tersebut dibangun di zaman Khalifah yang pernah dijuluki sebagai Khalifah Kelima karena saking mulianya yaitu Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Dinasti Umayyah tepatnya pada 87-93 H atau abad ke-6 M.
Masjid Ghamamah kemudian dipugar serta diperbaiki lagi di zaman raja Fahd bin Abdul Aziz, raja ke-5 Arab Saudi tahun 1434 H.
“Masjid ini disebut sebagai masjid Ghamamah karena di tempat inilah Rasulullah dinaungi oleh awan yang lebat saat shalat Istisqa untuk meminta hujan. Saat turun hujan, Madinah kemudian dilanda banjir dan umat islam pun meminta Nabi untuk berdoa kembali agar hujan dapat menjadi manfaat,” tutur Zaki
Digambarkan oleh salah satu kitab seputar Sejarah Madinah dan Situs Bersejarah (Kitab ini dapat dibeli di pameran Madinah yang letaknya ada di bagian Selatan masjid) bahwa masjid yang dioperasikan sebagai Mushala diperindah ketika Dinasti Utsmaniyah (Otoman) Abdul Majid 1275 H/1805 M, sebelum kemudian oleh Kerajaan Saudi dijadikan tonggak Sejarah.
Mushala Ghamamah ini terkesan klasik dengan bangunan yang menggunakan batu Basal. Batu Basal adalah salah satu jenis batu Magma yang hitam namun kokoh. Terdapat beberapa kubah yang berwarna putih yang semakin menyempurnakan keindahannya
Tembok bagian dalam masjid pun berwana putih namun, tiang-tiangnya juga masih menggunakan batu Magma yang hitam. Kubahnya yang berwarna putih dan telah termakan zaman sering dihinggapi burung-burung merpati yang berjemur di hangatnya sinar matahari terbit. Indah sekali. (*)
Penulis Zaki Abdul Wahid Editor Ni’matul Faizah