PWMU.CO – Suara Muhammadiyah bertransformasi menjadi 12 bisnis perusahaan tanpa Bank. Hal itu disampaikan oleh Direktur Korporat Suara Muhammadiyah, Deni Asy’ari Datuk Marajo MA saat berbagi pengalaman di acara rihlah mubaligh Muhammadiyah Banyuwangi di aula Kantor Suara Muhammadiyah (SM) Yogyakarta, Senin (29/7/2024).
Pukul 13.00 WIB acara dimulai. Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi, Abdul Latif MPdI mengenalkan 16 orang mubaligh peserta rihlah ini. Sekaligus ucapan terima kasih pada pihak SM yang berkenan menerima rombongan rihlah dari Banyuwangi ini.
Deni Asy’ari yang menerima langsung rombongan, menyambut baik acara rihlah ini.
“Terima kasih merupakan kehormatan, hadir di Suara Muhammadiyah. Di antara daerah yang belum saya kunjungi adalah Banyuwangi. Karena alasan untuk mampir tak ada,” candanya.
Dia berharap setelah ta’aruf ini, ada ta’awun dan takaful. Deni Asy’ari menjelaskan Suara Muhammadiyah memiliki fungsi dakwah bil qalam atau literasi. Pada tanggal 13 Agustus 2024 mendatang SM telah berusia 109 tahun.
“Sejak 2014 tren literasi mengalami sun set, bukan sun rise. Banyak media besar tumbang, baik di dalam maupun di luar negeri. Termasuk Gatra di antara salah satunya,” ulasnya.
Lalu, bagaimana dengan SM, tutup atau tidak? SM merupakan kebanggaan dan icon persyarikatan saat itu. Tidak ada kata untuk tutup. Inilah satu-satunya media yang masih eksis. Hingga SM mendapatkan apresiasi dari pemerintah sebagai media yang mempelopori kemerdekaan.
“Memasuki abad kedua ini, SM berusaha mentransformasikan dakwah bil qalam menjadi dakwah bil hal,” ujar pria berdarah Minang itu sambil mengutip satu hadits yang mengatakan tangan di atas lebih baik dari pada tangan yang di bawah.
Bagaimana caranya tidak hanya literasi, tapi aksi nyata. Menjadikan shaffan (barisan) tidak sekadar literasi, tapi menjadi ekonomi berjamaah. Mengubah tradisi literasi di Muhammadiyah. Ini seperti mencabik baju di dado, katanya dalam pepatah Minang.
Penting untuk belajar dari jihad Rasul setelah mendirikan masjid Quba atau Nabawi. Setelah itu nabi Muhammad Saw mengembangkan ekonomi. Dengan membangun pasar Sugul Anshar.
Deni Asy’ari mengajak untuk berfikir out of the box. Tidak ada alasan lagi untuk transformasi dengan membuka bisnis baru.
Inilah daftar nama 12 bisnis perusahaan Suara Muhammadiyah:
- Majalah SM
- SM Corner
- Log Mart
- Expedisi
- Tour dan travel premium
- SM Tower
- Penerbitan
- Percetakan
- Properti
- Wisata
- Restauran
- Farm
Untuk distribusi SM (pasar baru) kolaborasi dengan PDM/PCM. Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menaruh harapan SM sebagai icon gerakan ekonomi. Sebagaimana amanat Muktamar 2015 di Makassar yang menyebutkan ekonomi sebagai pilar ketiga Muhammadiyah.
“Aksi-aksi real harus bisa dikolaborasikan. Delapan tahun perjalanan bisnis dari awal, tanpa hutang bank. Karena ada tangan-tangan warga persyarikatan,” ungkap Deni.
Ke depannya, sambung dia, perlu membuat sistem perbankan, bukan bank, tapi sistem finance secara keseluruhan. Dia mencontohkan Visa Amerika tidak punya bank. Tapi memiliki pendapatan besar tanpa bank, karena dapat margin.
“Poinnya adalah transformasi literasi dari teks jadi konteks. Seperti dalam jangka waktu 10 tahun dengan 12 perusahaan,” ulasnya.
Pada sesi dialog, salah satu peserta rihlah, Sigit Purnomo dari Siliragung menanyakan tentang bagaimana cara manajemen hotel agar tidak merugi. Deni Asy’ari menjawab, harus dilihat dulu permasalahannya apa, bisa jadi manajerialnya juga.
Hal senada juga ditanyakan Taufiqur Rohman tentang penyewaan aula untuk umum. Deni Asy’ari menjawab dengan singkat packaging produk yang harus diperhatikan.
Penulis Taufiqur Rohman Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun