PWMU.CO – Memperingati Hari Ulang Tahun ke-79 Republik Indonesia, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir MSi, menyampaikan pidato kebangsaan yang disiarkan langsung melalui YouTube Muhammadiyah Channel pada Jumat (16/8/2024).
Dalam pidatonya, Haedar menekankan pentingnya peran agama dan kebudayaan dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara.
Agama dan Kebudayaan sebagai Pilar Bangsa
Haedar Nashir menegaskan bahwa Negara Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi peran agama, sebagaimana tercantum dalam Pasal 29 UUD 1945.
“Negara Indonesia tidak boleh memberi ruang, apalagi mempraktikkan sistem kehidupan yang sekuler, anti agama, dan anti Tuhan,” ujar Guru Besar UM Yogyakarta ini.
Ia menekankan bahwa meskipun Indonesia bukan negara agama, agama tetap hidup dalam totalitas jiwa bangsa dan konstitusi Indonesia.
Mengutip pandangan Soekarno, Haedar menegaskan bahwa tidak hanya bangsa, tetapi negara Indonesia harus bertuhan. Negara wajib menjamin hak-hak dasar beragama warganya, dan segala bentuk tindakan yang bertentangan dengan agama, seperti perjudian, pelecehan seksual, LGBT, dan kemaksiatan lainnya, tidak boleh dibiarkan berkembang di Indonesia, bahkan atas nama hak asasi manusia.
Ketum PP Muhammadiyah dua periode ini juga menyoroti peran umat beragama dalam menyebarkan nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan etika luhur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Umat dan para pemimpin agama, menurutnya, harus menjadi penjaga nilai-nilai luhur dan memberikan teladan yang baik di tengah masyarakat.
Pentingnya Kebudayaan dalam Pendidikan dan Kehidupan Berbangsa
Negara Indonesia, lanjut Haedar, juga mengakui kebudayaan nasional dan daerah sebagai mozaik luhur yang membentuk kehidupan kolektif bangsa Indonesia.
“Pendidikan di Indonesia harus dilekatkan dengan jiwa iman-taqwa dan akhlak mulia, yang berbasis nilai-nilai agama dan menjunjung tinggi kebudayaan, ilmu pengetahuan, serta persatuan bangsa.”
Semua ini, menurutnya, bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan peradaban yang mulia.
Melalui nilai-nilai dasar Pancasila, agama, dan kebudayaan yang luhur, Haedar percaya bahwa seluruh warga bangsa, termasuk para elitenya, akan terbimbing untuk menjalani kehidupan yang benar, baik, dan mulia.
“Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, harus hidup nilai-nilai moral dan etika luhur sehingga ber-Indonesia tidak salah arah dan salah kaprah,” tegasnya.
Pesan Ki Bagus Hadikusumo
Haedar juga mengutip pesan Ki Bagus Hadikusumo, anggota BPUPKI dan Pahlawan Nasional, yang dalam pidatonya pada 31 Mei 1945 di BPUPKI, mengingatkan tentang pentingnya nilai-nilai agama dalam perilaku berbangsa.
Ki Bagus menekankan bahwa segala kekacauan dalam masyarakat seringkali bersumber dari jiwa yang kusut dan dorongan hawa nafsu jahat, seperti ketamakan dan keserakahan.
Haedar menutup pidatonya dengan menyatakan keyakinannya bahwa masih banyak elite dan warga bangsa yang setia menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, agama, dan kebudayaan luhur bangsa.
“Nilai-nilai luhur itu hidup dan tercermin dalam keteladanan para elite bangsa yang ditiru oleh seluruh warga bangsa,” tutupnya, mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga dan mengamalkan nilai-nilai luhur tersebut dalam kehidupan sehari-hari. (*)
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan