PWMU.CO – Praktik puasa sunah yang bernilai ibadah sepanjang masa dibahas oleh Ustadz Sholeh Subagja MPdI. Dia membahas hal tersebut dalam kajian Ahad Pagi KH Ahmad Dahlan Majelis Tabligh PDM Kota Batu, Ahad (18/8/2024) di Masjid At-Taqwa Kota Batu.
Di awal kajiannya, Ustadz Sholeh menyampaikan bahwa tidak semua puasa sunah bernilai ibadah. Karena ada puasa sunah yang bila dikerjakan justru tidak ada nilainya sama sekali di hadapan Allah Swt.
Misalnya, puasa berturut-turut sepanjang tahun. Imam Nasa’i pernah meriwayatkan bahwa Rasulullah tidak pernah berpuasa sunah satu bulan berturut-turut, kecuali bulan Ramadhan. Rasulullah bersabda, “Siapa yang berpuasa sepanjang masa, dia tidak berpuasa.”
Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda, “Dia tidak berpuasa dan juga dia tidak berbuka.” Artinya, puasanya tidak dinilai berpuasa.
Dalil Puasa Sunah
Dalil umum tentang puasa diperoleh dari hadist shahih dalam riwayat Imam Bukhari. Amalan dalam syariat Islam, terbagi atas dua hukum, yang pertama adalah yang wajib dan yang kedua adalah yang disunahkan oleh Rasulullah Saw.
Hal itu berdasarkan jawaban Rasulullah ketika ada seseorang yang bertanya tentang Islam, maka Rasulullah menjawab tentang shalat lima waktu sehari semalam, puasa Ramadan, dan zakat, kecuali yang disunahkan oleh Rasulullah Saw.
Tentang dalil puasa sunah, diperoleh dari salah satu hadis yeng meriwayatkan tentang pertanyaan seorang sahabat kepada Rasulullah. Ketika ditanya tentang berpuasa dua hari sehari berbuka, Rasulullah menjawab, ‘Siapa yang sanggup melakukan itu?’
Ketika ditanya tentang sehari berpuasa, dua hari berbuka, Rasulullah menjawab, ‘Semoga kita bisa melakukannya’. Ketika ditanya tentang sehari puasa sehari berbuka, Rasulullah menjawab, ‘Itu puasa saudaraku, Daud’. Ketika ditanya tentang berpuasa pada hari Senin, Rasulullah menjawab, ‘Itu ketika aku dilahirkan atau ketika aku menerima wahyu’.
Ketika ditanya tentang berpuasa selama 3 hari dalam setiap bulannya, Rasulullah menjawab, ‘Itu sama dengan puasa sepanjang masa’.
Ketika ditanya tentang puasa Arafah (9 Dzulhijjah), Rasulullah menjawab, ‘Puasa Arafah menghapus puasa setahun yang akan datang dan setahun yang telah lalu’. Ketika ditanya tentang puasa Asyura (10 Muharram), Rasulullah menjawab, ‘Puasa Asyura dapat menghapus dosa setahun yang lalu’. Ketika ditanya tentang tentang puasa Senin Kamis, Rasulullah diam.
Praktik Puasa Sunah Rasulullah
Dalam HR. Bukhari menyebutkan bahwa Rasulullah tidak pernah melakukan puasa sunah terbanyak kecuali di bulan Sya’ban.
Dari Abu Salamah ia berkata, saya pernah bertanya kepada Aisyah Ra tentang puasa Rasulullah SAW, maka ia pun berkata, “Rasulullah SAW sering berpuasa hingga kami mengira bahwa beliau akan puasa seterusnya. Dan beliau sering berbuka (tidak puasa) sehingga kami mengira beliau tidak puasa terus-menerus. Dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa terus sebulan penuh kecuali Ramadan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya di bulan Sya’ban. Beliau berpuasa pada bulan Syaban hingga sisa harinya tinggal sedikit.” (HR. Muslim)
Menurut Ustadz Sholeh, banyak berpuasa di bulan Sya’ban itu bisa digunakan sebagai latihan puasa sebelum masuk bulan Ramadhan.
“Terkait dengan jumlah hari berpuasa dalam sebulan, sebagaimana hadis Nabi, yang dianjurkan adalah 3 kali dalam sebulan. Boleh lebih dari 3 kali yaitu sebanyak 5, 7, 9, 11, dan paling banyak 15 hari (tidak melebihi puasa Nabi Daud). Adapun puasa tiga hari itu bernilai 30 hari dan tidak harus di tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulannya,” jelas Ustadz Sholeh. “Terpenting dilakukan secara istiqamah setiap bulannya agar bernilai sepanjang masa.”
Selanjutnya Ustadz Sholeh menjelaskan tentang tata cara berpuasa 3 hari tiap bulan:
- Berpuasa di tengah bulan (tanggal 13, 14, dan 15) atau yang dikenal dengan puasa ayyamul bidh.
- Diawali pada hari Senin, Kamis, dan satu hari berikutnya bebas.
Untuk mendapatkan nilai puasa sepanjang masa, maka perlu diperhatikan:
- Tidak perlu puasa setiap hari
- Puasa dapat diawali pada hari Senin, Kamis, Senin, atau Senin, Kamis, berikutnya bebas
- Berpuasa pada tanggal 13, 14, dan 15
- Berpuasa satu kali di antara tanggal 1-10, satu kali di antara tanggal 11-20, dan satu kali di antara tanggal 21-29/30 pada setiap bulannya
- Tidak mengkhususkan puasa di hari Jumat.
Sebagai penutup, Ustadz Sholeh menyampaikan yang terpenting dari ibadah puasa sunah bukan mengejar jumlah dan pahala yang didapat, karena pahala itu urusan Allah SWT. Berpuasalah karena Allah dan hanya mengharap ridha-Nya. (*)
Penulis Khoen Eka Editor Wildan Nanda Rahmatullah