PWMU.CO – Masih relevankah merayakan hari kemerdekaan dengan cara seperti banyak dilakukan saat ini, khususnya di lingkungan sekolah Muhammadiyah?
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang mengikuti tes Programme for International Student Assessment (PISA), pada (6/12/2024) telah merilis hasil peringkat PISA 2022 negara yang telah ikut berpartisipasi pada tes bidang matematika, sains, dan kemampuan membaca.
Indonesia dalam peringkatnya memang naik, tetapi pada skor kemampuan rata-rata siswa Indonesia pada kemampuan membaca atau literasi berada di skor 359 dari skor rata-rata dunia 469, matematika dengan skor 366 dari skor rata-rata dunia 358, dan sains dengan skor 383 dari skor rata-rata dunia 384 justru menurun dari tahun 2018.
Berdasarkan data yang dipaparkan tersebut, hasil skor murid-murid di Indonesia lebih rendah daripada hasil rata-rata negara Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Hasil survei ini seharusnya menjadi sinyal peringatan bagi seluruh stakeholder (pengampu kepentingan) maupun praktisi pendidikan. Yang sudah seharusnya mengambil langkah nyata untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap hal-hal yang selama ini dilakukan dalam sistem pendidikan di Indonesia maupun dalam kegiatan-kegiatan di dalam ataupun di luar pembelajaran.
Pada saat yang sama, perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di lingkungan pendidikan yang merupakan momentum yang seharusnya dilakukan dengan penuh makna dan mengandung nilai-nilai spirit kemajuan kualitas generasi penerus bangsa.
Namun, dalam kenyataannya di masyarakat, khususnya di lingkungan pendidikan, Hari Kemerdekaan sering kali tereduksi menjadi sekadar permainan yang lebih menekankan konten hiburan dan kurang memberikan dampak positif yang signifikan bagi peserta didik.
Terkadang, kegiatan tersebut justru memberikan contoh yang kurang baik, seperti fenomena pawai dengan sistem suara (sound system) bervolume tinggi (Sound Horeg) yang disertai penari wanita berpakaian seksi.
Tontonan semacam ini sebenarnya tidak baik bagi anak didik. Oleh karena itu, sudah saatnya kita meninjau ulang cara kita “mensyukuri” Hari Kemerdekaan ini agar pelaksanaannya lebih produktif dan mampu menunjang kemajuan generasi unggul yang mampu merespons segala perubahan dan tantangan perkembangan zaman saat ini.
Kegiatan peringatan Hari Kemerdekaan sebaiknya diisi dengan hal-hal yang positif dan edukatif, seperti pengajian, ceramah kebangsaan, atau lomba-lomba yang membangun karakter serta memperkuat nilai-nilai patriotisme.
Perayaan kemerdekaan juga sebaiknya dihindarkan dari perilaku yang berlebihan (israf) dan sia-sia (mubazir), karena hal tersebut akan mengurangi makna dari perayaan itu sendiri.
Allah SWT telah melarang perilaku berlebih-lebihan dalam al-Quran, dan umat Islam diingatkan untuk menjauhi hal-hal yang tidak berguna.
Pertama, perayaan hari kemerdekaan seharusnya menjadi kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai perjuangan, kebangsaan, dan patriotisme kepada peserta didik. Bukan lagi terfokus pada lomba-lomba yang bersifat hiburan, kita bisa mengarahkan perayaan ini untuk mempromosikan kegiatan yang lebih mendidik dan bermanfaat.
Misalnya, seminar tentang sejarah perjuangan kemerdekaan, lomba penulisan esai tentang nilai-nilai Pancasila, atau diskusi tentang peran generasi muda dalam pembangunan bangsa.
Kedua, pelaksanaan kegiatan yang memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik seperti aksi sosial atau proyek komunitas yang mendukung kelestarian lingkungan.
Contohnya, membersihkan lingkungan, memperbaiki fasilitas umum, atau menyelenggarakan program kemasyarakatan. Kegiatan semacam ini tidak hanya memperingati kemerdekaan tetapi juga memberikan kontribusi langsung terhadap kesejahteraan masyarakat, serta menjadi pembelajaran baik bagi peserta didik, meningkatkan data tangkap peserta didik terhadap permasalahan di kehidupan masyarakat.
Ketiga, dengan diadakannya kegiatan yang produktif dapat menjadi sarana untuk menggali potensi dan kreativitas peserta didik. Dengan mengadakan kompetisi yang berorientasi pada inovasi, kewirausahaan, dan teknologi, kita dapat mendorong munculnya ide-ide segar yang dapat mengakselerasi kemajuan generasi bangsa.
Keempat, sudah saatnya para guru-guru di sekolah Muhammadiyah untuk mengambil langkah perubahan nyata tersebut. Sekolah-sekolah Muhammadiyah sudah terbiasa melakukan gerakan-gerakan perubahan disertai pola pikir out of the box (di luar yang difikirkan atau dilakukan oranglain), serta sesuai dengan slogan yang selalu menjadi jargon Muhammadiyah, “Berkemajuan”.
Dengan demikian, meninjau ulang pelaksanaan hari kemerdekaan Republik Indonesia dan mengalihkannya dari sekadar permainan senda gurau menjadi kegiatan yang lebih produktif adalah langkah penting untuk memastikan bahwa perayaan tersebut memberikan dampak positif yang nyata.
Ini bukan hanya tentang merayakan sejarah, tetapi juga tentang membangun masa depan yang lebih baik melalui tindakan nyata dan refleksi yang mendalam.
Penulis Wanny Norma Zainudin Editor ‘Aalimah Qurrata A’yun