PWMU.CO – Paus Fransiskus mengunjungi Indonesia pada Selasa-Jumat (3-5/9/2024). Pemimpin tertinggi umat Katolik tersebut akan mengisi Misa Agung di GBK. Bicara tentang Paus, pasti tak lepas dengan Negara Vatikan sebagai Ibukota umat Kristen Katolik.
Dalam sejarah, Vatikan juga memegang salah satu peran kunci dalam mendukung kemerdekaan Indonesia meski secara tidak langsung. Hal ini menjadikan Vatikan menjadi negara Eropa pertama yang mengakui Indonesia sebagai negara merdeka.
Dalam buku berjudul Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 karya M C Ricklefs yang terbit pada tahun 2005, Vatikan mengakui kemerdekaan Indonesia pada 6 Juli 1947. Pengakuan kemerdekaan ini ditandai dengan pembentukan Apostolic Delegate (kedutaan besar) Vatikan di Jakarta.
Yang menduduki takhta suci Vatikan saat itu adalah Paus Pius XII. Dia memerintahkan George Marie Joseph sebagai duta besar Vatikan di Indonesia pada periode 1947-1955.
Salah satu tokoh bumiputera yang berperan dalam hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Vatikan adalah Mgr Albertus Soegijopranoto. Dia mengirimkan surat pada Paus di Vatikan pada 18 Januari 1947.
Paus Pius XII memberikan respons positif terhadap surat dari Soegijopranoto tersebut. Maka Paus Pius XII menunjukkan dukungannya dengan menyerukan pada seluruh umat Katolik di dunia untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.
Himbauan Paus Pius XII tersebut mampu menggerakkan hati umat Katolik di seluruh dunia untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Dukungan Vatikan terhadap kemerdekaan Indonesia sendiri bersifat simbolik. Berkat dukungan tersebut, negara-negara Barat yang sebelumnya sangat mendukung aksi NICA (Belanda), perlahan berubah menjadi netral.
Bahkan negara seperti Amerika Serikat sangat mengecam tindakan Belanda untuk melakukan agresi militer di Indonesia.
Maka, peran Vatikan bagi kemerdekaan Indonesia sangatlah penting, karena mereka memiliki kekuatan untuk memberikan tekanan pada bangsa Barat yang awalnya mendukung tindakan Belanda, mulai bersimpati ke Indonesia. (*)
Penulis Wildan Nanda Rahmatullah Editor Ni’matul Faizah