PWMU.CO – Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Masangan Kulon mengadakan pengajian rutin Ahad Pagi di mushala An Nahl pada Ahad (1/9/2024).
Kajian ini menghadirkan Ustad Supriyadi SAg sebagai pembicara. Dalam kajian ini beliau membahas mengenai peranan Istri dalam Islam.
Disampaikan bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertakwa, Allah SWT berfirman:
يٰۤاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
yaaa ayyuhan-naasu innaa kholaqnaakum min zakariw wa unsaa wa ja’alnaakum syu’uubaw wa qobaaa`ila lita’aarofuu, inna akromakum ‘indallohi atqookum, innalloha ‘aliimun khobiir.
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS. Al-Hujurat (49): ayat 13).
Jadi, Allah menciptakan manusia dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Keduanya memiliki kesetaraan gender. Status keduanya sama di mata Allah dan yang dinilai mulia adalah yang bertakwa kepada-Nya.
Dalam kajian ini juga dibahas mengenai cara mempersiapkan generasi penerus yang unggul. Hal ini dimulai dari memilih pasangan hidup.
Dalam memilih pendamping hidup ada empat hal yang harus dipertimbangkan yaitu, parasnya (elok wajah cantik atau tampan), hartanya (limaliha), nasabnya (linasabiha) dan agamanya (lidiniha).
Dalam surat Ali Imron ayat 134 dijelaskan bahwa:
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ ١٣٤
Artinya: (yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain.
Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. Mereka adalah orang yang terus-menerus berinfak di jalan Allah, baik di waktu lapang, mempunyai kelebihan harta setelah kebutuhannya terpenuhi, maupun sempit, yaitu tidak memiliki kelebihan, dan orang-orang yang menahan amarahnya akibat faktor apa pun yang memancing kemarahan dan memaafkan kesalahan orang lain.
Dan akan sangat terpuji orang yang mampu berbuat baik terhadap orang yang pernah berbuat salah atau jahat kepadanya, karena Allah mencintai, melimpahkan rahmat-Nya tiada henti kepada orang yang berbuat kebaikan.
Pesan-pesan yang mirip dengan kandungan ayat ini disampaikan pula melalui surat an-Nahl (16): 126. (*)
Penulis Dian Rahayu Agustina Editor Ni’matul Faizah