Siswa dan Siswi SMP Muhammadiyah 14 Driyorejo dengan Mohammad Naim, S.Sos sebagai pemateri wawasan kepemiluan (Rio Firmansyah/PWMU.CO).
PWMU.CO – SMP Muhammadiyah 14 Driyorejo (Spemia) melaksanakan Musyran II hari pertama pada Senin, (09/09/2024). Musyran atau Musyawarah Ranting ini terlaksana setahun sekali pada akhir periode yang bertujuan untuk pergantian anggota IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah).
Selain itu, kegiatan tersebut juga sebagai pengaplikasian suara demokrasi untuk siswa dan siswi. Musyran di Spemia berlangsung selama 3 hari.
Musyran di SMP Muhammadiyah 14 Surabaya berawal dengan pembukaan oleh MC. Kegiatan berlanjut dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, menyanyikan mars Muhammadiyah dan mars IPM.
Syarat Terlaksananya Pemilu
Adapun sambutan-sambutan terdiri dari Ketua Umum PR IPM SMP Muhammadiyah 14 Driyorejo periode 2023/2024 yaitu Muhammad Fakhri Desrizki Kusuma dari kelas VIII, serta kepala sekolah sekaligus membuka acara Musyran II oleh Muhammad Husen Al Asy’ari SPd.
Acara selanjutnya yaitu adalah materi wawasan kepemiluan yang tersampaikan oleh Mohammad Naim SSos. Ia merupakan ketua Panwascam (Pengawas Pemilu Kecamatan) Kecamatan Driyorejo. Para siswa dan siswi mulai menyimak apa yang pemateri sampaikan.
“Syarat terjadinya atau terlaksananya pemilu, ada tiga. Yang pertama ada panitia. (Lalu) yang kedua ada calon, kalau bisa sebanyak-banyaknya untuk menyampaikan visi misi untuk menguji kemampuan dan kekuatan dalam berpendapat, dan meyakinkan pemilih agar memilih dia. Yang ketiga ada peserta (yang memilih)” papar Naim.
“Tokoh-tokoh Muhammadiyah yang tulus berjuang di masa kemerdekaan untuk mengantarkan masyarakat yang sejahtera ini. Maka butuh regenerasi, butuh kader-kader yang nanti menggantinya. Nah, ini adalah kalian semuanya” lanjutnya lagi.
Setelah pemaparan materi hampir satu jam, acara berlanjut dengan sesi tanya jawab. Pertanyaan pertama datang dari Leavy dari kelas VII. “Apa perjuangan yang dilakukan oleh Gatot Mangkoepradja?” tanya Leavy.
“Gatot Mangkoepradja adalah pencetus PETA (Pembela Tanah Air) yang dibentuk pada masa penjajahan Jepang” jawab Naim atas pertanyaan Leavy.
Menebar Manfaat Tidak Bisa Sendirian
Pertanyaan selanjutnya terlontarkan dari Carissa, Siswi Kelas VII sekaligus Anggota IPM. “Kalau misalnya kita jadi IPM, apakah bisa jadi IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) juga?” tanya Carissa.
“Sangat boleh, bahkan sangat diharapkan setelah IPM nanti IMM. Jangan berhenti di IPM, IPM masa pelajar IMM masa mahasiswa, jadi harus disambung” ujar Naim.
“Bukan hanya boleh, tapi seharusnya setelah IPM, IMM, pemuda Muhammadiyah, kemudian di Muhammadiyah” terangnya.
“Mengapa harus seperti itu? Karena bersama-sama untuk memberikan manfaat kepada masyarakat tidak bisa sendirian, maka perlu organisasi, perlu berkelompok. Di IPM kalian akan punya banyak pengalaman dan lebih banyak pembelajaran” tambah Naim terhadap pertanyaan Carissa.
“Para pahlawan yang telah gugur mendahului kita yang dulu sudah berjuang berharap bahwa di masa yang akan datang masyarakat bangsa itu akan semakin sejahtera” tutur Naim.
“Nah, siapa yang akan jadi pemimpinnya? Adalah kalian-kalian semua, dimulai dari sekarang dari menjadi IPM, belajar bagaimana berorganisasi, bagaimana belajar menjadi pemimpin, karena itu sangat penting” ucap Naim.
Semoga setelah pemaparan materi ini siswa dan siswi tergerak untuk menjadi IPM agar bisa melatih jiwa kepemimpinan dan belajar berorganisasi.
Acara selanjutnya adalah penjaringan untuk siswa dan siswi kelas VII dan VIII. Masing-masing dari mereka mendapatkan kertas HVS untuk menuliskan biodata dan juga visi dan misi. (*)
Penulis Alinda Damayanti, Editor Danar Trivasya Fikri