Oleh: Silviyana Anggraeni – Aliansi Penulis Muhammadiyah Lamongan
PWMU.CO –
Apa Itu Generasi?
Generasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah masa orang dalam satu angkatan muda. Generasi menurut Wikipedia adalah seluruh orang yang lahir dan hidup pada waktu yang hampir bersamaan dan dianggap secara kolektif.
Dan generasi menurut seorang ahli bernama Kupperschmidt adalah sekelompok orang yang memiliki kesamaan tahun lahir, lokasi dan juga pengalaman historis yang sama dan memiliki pengaruh signifikan dalam fase pertumbuhan mereka.
Kita sering mendengar beberapa sebutan generasi di antaranya generasi baby boomers yang lahir pada kisaran tahun 1946-1964. Generasi X yang lahir pada kisaran tahun 1965-1976. Generasi Y yang lahir pada kisaran tahun 1977-1994.
Lalu generasi Z yang lahir pada tahun 1995-2010. Yang terakhir generasi Alpha lahir tahun 2011-2025. Biasanya orang yang lahir dalam satu generasi memiliki kesamaan karakteristik, dikarenakan kesamaan faktor historis yang mereka alami pada masa itu.
Apa Itu Tangguh?
Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tangguh memiliki arti sukar dikalahkan, kuat dan andal. Sedangkan menurut Dahlan Rais seorang tokoh Muhammadiyah, tangguh adalah sikap pantang menyerah, tidak merasa lemah atas sesuatu yang terjadi pada dirinya dan selalu berpikir positif.
Jika ditarik kesimpulannya, generasi tangguh adalah generasi yang kuat tidak hanya secara fisik tetapi juga secara psikis. Generasi tangguh adalah orang-orang yang mampu melewati berbagai situasi yang terjadi dengan tetap berada di jalur yang semestinya/benar.
Bagaimana Membentuk Generasi Tangguh?
Generasi boleh berganti. Kondisi dan situasi mungkin selalu berubah-ubah. Tapi generasi tangguh harus di upayakan meski tidak mudah. Allah telah mengingatkan untuk jangan meninggalkan generasi penerus yang lemah.
Lemah aqidahnya, lemah fisiknya, lemah hartanya, lemah kecerdasannya. Peringatan itu ada di dalam QS an-Nissa ayat 9 yang artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka. Yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”.
Keutamaan menghadirkan generasi yang tangguh juga termaktub dalam hadist riwayat muslim yang bunyinya “Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah S.A.W bersabda, mukmin yang kuat lebih baik dan lebih di cintai Allah Azza Wa Jalla daripada mukmin yang lemah dAn padanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusan) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah janganlah engkau berkata, seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi kayakanlah ini telah ditakdirkan Allah dan Allah berbuat apa saja yang dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan”.;
Karakter tangguh sendiri dapat kita lihat dalam diri Rasulullah SAW. Bagaimana Rasulullah memperjuangkan agama Allah dan umatnya. Baginda tetap kuat dan tak gentar menghadapi musuh Allah, juga senantiasa menjadi suri tauladan di dalam kondisi apapun. Yang mana baginda Rasulullah adalah sosok yang di takuti dalam peperangan, tetapi juga sosok yang lembut dan dicintai oleh semua mahluk.
Namun memang harus kita akui Membentuk generasi Islam yang tangguh memang tidak mudah. Banyak kendala yang siap menghadang di depan mata. Orang tua sebagai garda terdepan tentu merasakan kesulitan. Anak masa kini yang notabene hidup pada zaman yang serba instan, canggih dan mudah.
Berbeda dengan zaman orang tuanya yang mungkin lebih keras dan sukar. Di mana kemajuan zaman terkadang menjadi hambatan tersendiri bagi orang tua dalam menerapkan nilai-nilai kehidupan yang hakiki. Karena seperti yang kita ketahui, ketangguhan, mentalitas, tidak mungkin di bentuk dalam kemudahan. Semua orang sukses yang mampu bangkit dari keterpurukan mengatakan demikian. Bahwa mereka dididik oleh kerasnya kehidupan.
Kemudahan dan serba instan itulah kiranya yang membuat mental anak anak kita menjadi loyo, malas bersaing, tidak tahan banting bahkan baper dan minder. Effort mereka dalam belajar tidak terlihat karena kemudahan, kesabaran mereka dalam menghadapi hambatan setipis tisu yang sedikit- sedikit mengeluh, ketangguhan dan problem solving mereka tidak muncul ketika dihadapkan pada masalah.
Namun tidak mungkin juga jika hari ini kita menafikan perkembangan zaman dan segala kecanggihannya. Karena di lain sisi mungkin itu menjadi kendala, tapi di lain sisi itu akan memudahkan mereka dalam menemukan peluang-peluang untuk kemajuan masa depannya.
Misal dalam dunia gamers, alih-alih melarang anak bermain game mengapa sekarang tidak membiarkannya berlatih dan mengarahkannya menjadi atlet e-sport agar daya saing, mentalitas dan kreativitas mereka terasah.
Jadi kemajuan zaman adalah sebuah keniscayaan. Jika di tentang kita yang akan tergusur, jika terlalu di ikuti kita akan tergulung, maka tetap di samping anak-anak kita untuk mengamati dan akhirnya menentukan metode terbaik agar mendapat manfaat dari padanya.
Intinya adalah pengawasan. Karena apapun yang luput dari pengawasan pasti tidak akan terkontrol, lepas kendali bahkan hilang arah. Begitu juga dengan anak, ibarat kata mereka adalah burung merpati. Jika tidak di latih sejak kecil agar jinak pada orang tuanya dan prinsip-prinsip baik kehidupan, bersiaplah untuk melepaskan mereka selama-lamanya, tidak kembali lagi.
Tips parenting membentuk generasi tangguh pun banyak kita jumpai baik secara online maupun offline. Juga dalam bentuk buku maupun seminar. Beberapa buku yang mengupas tentang ini adalah buku yang di tulis oleh Okina Fitriani dengan judul “Enlightening Parenting”. Ada juga buku trilogi serial parenting karya Yanti Tanjung. Selain itu beberapa publik figur juga pernah membagikan tipsnya dalam parenting.
Salah satunya Natasha Risky. Menurutnya untuk menciptakan generasi yang tangguh kita perlu menerapkan tiga hal. Yang pertama, ajarkan anak tauhid sejak dini. Dengan begitu anak dapat mengenal dan mencintai Allah. Akan tertanam dalam benaknya bahwa tidak ada tempat berharap dan berlindung selain Allah.
Yang kedua, ajarkan anak rasa syukur. Bersyukur dengan segala yang dimilikinya, dari hal-hal kecil, agar anak tidak menjadi orang yang kufur. Yang ketiga, beri pemahaman pada anak bahwa hidup hakikatnya adalah ujian. Selayaknya ujian, ada yang mudah ada pula yang sukar. Pemahaman itu penting agar anak tidak muda berbangga saat diberikan kemudahan dan kebaikan, tapi juga tidak putus asa saat di tempa kesulitan dan hal buruk.
Begitulah kiranya tujuan dari parenting Natasha Risky tadi, agar anak-anak kita kelak menjadi pribadi yang tangguh, kuat jiwa dan raganya, pribadi yang selalu percaya bahwa setelah kesusahan pasti ada kemudahan. Seperti firman Allah Swt dalam QS Al-Insyirah ayat 5 yang artinya “Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan”.
Dengan banyaknya referensi parenting, kita bisa memilih atau bahkan mengolaborasikan mana yang ingin kita terapkan untuk menciptakan generasi tangguh, minimal dari keluarga kecil kita sendiri. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah