PWMU.CO – Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur mengadakan pelatihan content creator bertajuk Influencer Social Media Muhammadiyah (InfusMu) pada (26-27/10/2024) di Hotel Kapal, Sengkaling, Malang. Kegiatan ini diikuti oleh 50 peserta dari berbagai organisasi otonom Muhammadiyah di Jawa Timur, dengan mayoritas peserta berusia di bawah 30 tahun.
Acara tersebut dihadiri oleh beberapa tokoh penting, seperti Wakil Ketua PWM Jawa Timur M. Khoirul Abduh, Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nazaruddin Malik, dan Ketua LHKP Jawa Timur Muhammad Mirdasy.
Dalam sambutannya, Khoirul Abduh menekankan pentingnya penguasaan media dalam aktivitas dakwah.
“Barangsiapa yang menguasai dunia maka kuasai media,” ujarnya.
Abduh juga mengungkapkan kegelisahan Muhammadiyah terhadap rendahnya minat baca generasi muda dan dominasi penulis dari kalangan Nahdliyin dalam publikasi tentang Muhammadiyah di mesin pencari. Ia berharap melalui InfusMu, influencer muda dapat mengemas dakwah dengan lebih menarik dan relevan bagi generasi digital.
Sementara itu, Rektor UMM, Nazaruddin Malik, mengkritisi fenomena influencer yang dinilai kurang memiliki dasar pengetahuan.
“Syarat menjadi influencer adalah knowledge,” tegasnya, seraya mendorong peserta untuk terus menambah wawasan.
Ketua LHKP, Muhammad Mirdasy, menambahkan bahwa InfusMu diharapkan menjadi strategi baru dalam mendakwahkan Muhammadiyah. Ia menyebut strategi lama sering kali tidak efektif dan butuh pembaruan agar pesan dakwah lebih mudah diterima.
Selain materi tentang penggunaan media sosial, peserta juga dilatih membuat konten secara langsung. Salah satu bintang tamu, Ahmad Ghozi Mubarok, seorang content creator dan alumni UMM, menyampaikan pentingnya konsistensi dalam membuat konten.
“Konten yang bagus adalah konten yang terus menerus,” kata Ghozi, yang dikenal dengan konten senggol-senggol antar kampus di TikTok.
Rayhan, salah satu peserta, mengaku tertantang mengikuti pelatihan ini. Ia berharap para peserta dapat membantu Muhammadiyah lebih fleksibel dalam menyampaikan dakwah kepada semua kalangan. (*)
Penulis Raditya Arkan Editor Amanat Solikah