Oleh: Eka Ratna Puspita Dewi
PWMU.CO – Fenomena menurunnya adab siswa terhadap guru akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Banyak video yang beredar menunjukkan perilaku siswa yang kurang sopan saat pembelajaran berlangsung. Contohnya, ketika guru menanyakan PR, siswa justru menjawab dengan nada keras atau membantah. Baru-baru ini, sebuah video viral memperlihatkan seorang guru merekam muridnya yang tertidur dengan kaki dinaikkan ke bangku.
Guru tersebut memilih untuk tidak menegur karena khawatir dilaporkan ke polisi. Bahkan, ada video seorang guru yang sengaja merekam tingkah laku murid yang tidak pantas tanpa memberikan teguran, sebagai bentuk protes kecil terhadap kebijakan yang dianggap kurang melindungi guru dalam membentuk karakter siswa.
Selain itu, kasus guru yang menampar muridnya karena siswa hanya memanggil nama guru tanpa sopan santun juga menjadi sorotan. Akibatnya, guru tersebut dinonaktifkan sementara. Peristiwa-peristiwa ini menunjukkan pentingnya menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa dalam berinteraksi dengan guru.
Pentingnya Pendidikan Karakter
Karakter adalah perilaku atau watak seseorang yang tercermin dalam hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan. Karakter ini diwujudkan melalui perasaan, pikiran, sikap, perkataan, dan tindakan sehari-hari. Kualitas karakter menjadi salah satu komponen penting dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang menentukan kemajuan suatu bangsa.
Menurut Masnur Muslich (2011), pembentukan karakter harus dimulai sejak usia dini karena masa ini merupakan fondasi penting dalam pembentukan pribadi seseorang. Utami Maulida (2022) menambahkan bahwa pembentukan karakter adalah usaha sadar untuk membarui perilaku melalui bimbingan mental, sehingga tercipta kepribadian yang sehat, bermoral, dan bertanggung jawab.
Edi Widianto (2015) menjelaskan bahwa pendidikan karakter bertujuan membangun fondasi dasar anak agar mampu hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya. Pendidikan karakter diperoleh dari tiga lingkungan utama, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat, sebagaimana diungkapkan oleh Dzakiyah Drajat (1997).
Peran Keluarga dan Sekolah
Keluarga memainkan peran utama dalam pembentukan karakter anak. Orang tua berperan sebagai teladan yang membimbing, mengawasi, dan mengarahkan anak ke arah kebaikan. Selanjutnya, sekolah menjadi lingkungan kedua yang bertanggung jawab mencetak siswa yang tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga memiliki kepribadian dan karakter yang baik.
Menurut Firman dan Aminah (2017), pembentukan karakter di sekolah tidak cukup hanya melalui pengajaran kognitif, tetapi juga dengan menanamkan nilai-nilai yang relevan untuk kehidupan sehari-hari.
Teladan dalam Ajaran Islam
Islam menekankan pentingnya etika dalam menuntut ilmu. Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam Surah al-Kahfi memberikan teladan tentang sikap rendah hati dan kesabaran seorang murid dalam menimba ilmu. Nabi Musa menunjukkan penghormatan yang besar kepada Nabi Khidir dengan mematuhi segala ucapannya.
Hal ini menjadi contoh bagaimana sikap tawadhu’ (rendah hati) seorang murid terhadap gurunya dapat membawa keberkahan ilmu. Guru, meskipun tidak sempurna, adalah sosok yang berjasa besar dalam membentuk generasi hebat.
Kesimpulan
Menghormati guru adalah bagian dari nilai luhur yang harus diajarkan kepada siswa. Dalam pepatah Jawa disebutkan, “Guru itu digugu lan ditiru” (guru itu dipercaya dan diteladani). Mengambil hal baik dari guru dan mengabaikan kekurangannya adalah kunci untuk memperoleh ilmu yang berkah dan bermanfaat sepanjang hayat.
Pendidikan karakter, baik di keluarga, sekolah, maupun masyarakat, harus menjadi perhatian bersama agar generasi mendatang tumbuh dengan adab dan akhlak yang mulia. (*)
Editor Wildan Nanda Rahmatullah