Mau Dibawa Kemana Arah Pendidikan Kita ? Oleh Eli Syarifah SPd
PWMU.CO – Hati tersayat melihat fenomena yang terjadi pada dunia pendidikan saat ini, dimana sopan-santu dari murid semakin jarang terlihat, dan saat murid ditegur maka guru yang dipersalahkan. Dan yang terhangat adalah kasus Guru Supriyani di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara yang dituduh menganaiaya anak seorang polisi, guru Supriyani yang masih memiliki seorang Balita harus berjuang menyuarakan kebenaran.
Apa daya kami seorang guru menghadapi anak didik yang telah banyak terpengaruh teknologi yang membawa berkurangnya adab (sopan santun), sedangkan kami guru hanya seorang manusia biasa yang harus bergelut dengan kejamnya dunia.
Dengan diangkatnya ayahanda Prof Dr Abdul Mu’ti MEd sebagai Menteri Pendidikan dasar dan Menengah seperti menjadi angin segar, adanya harapan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik. Dan salah satunya nasib guru menjadi lebih baik dan sejahtera, sehingga bisa mendidik anak didik dengan baik.
Dan santer digaungkan pembelajaran dengan pendekatan Deep Learning dari Prof Dr Abdul Mu’ti, yakni sebuah pembelajaran yang berpatokan 3 hal yakni pertama Meaningfull learning (pentingnya pembelajaran yang relevan), kedua Mindfull Learning (menghargai keunikan dan keterlibatan siswa), dan yang ketiga Joyfull Leaning (menciptakan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan).
Dikutip dari detikEdu, Dijelaskan oleh Mu’ti, deep learning ful-ful adalah sebuah pendekatan belajar. Ia juga membantah kabar yang beredar bahwa deep learning ful-ful ini akan menjadi pengganti Kurikulum Merdeka. “Deep learning itu bukan kurikulum. Deep learning itu pendekatan belajar. Termasuk full-full juga bukan kurikulum,” kata Mu’ti kepada detikEdu di Jakarta, Jumat (8/11/2024).
Bagi kami seorang guru apapun kurikulum yang akan diterapkan oleh Menteri Pendidikan saat ini, harapan besar bisa merubah pendidkkan ke arah yang lebih baik. Karena tantangan pendidikan saat ini sangatlah berat, kemajuan teknologi yang seharusnya membawa dampak positif akan tetapi malah mengkikis adab dan akhlak para anak-anak saat ini. Sesuai dengan Hadist yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib :
“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”
Mendidik anak adalah tanggung jawab dari tiga komponen, yakni orang tua, guru dan masnyarakat (lingkungan). Dan dalam mendidik anak oarmg tua dan guru perlu mengembangakan pengetahuan mereka dan mengajarkan anak-anak sesuai dengan kepentingan masa yang akan datang. Ali bin Abi Thalib menyampaikan bahwa ada tiga tahap dalam mendidik anak yakni:
1. Tahap pertama (usia 0-7 tahun) jadikan anak sebagai layaknya raja, dimana orangtua dengansepenuh hati melayani anak dengan lemah lembut, tulus dan sepenuh hati.
2. Tahap kedua (usia 8-14 tahun) jadikan anak sebagai tawanan, ajarkan anak tentang hak dan kewajiban, akidah dan hukum agama yang diperbolehkan dan yang dilarang. Mulailah membiaskanan anak untuk melakukan kebiasaan-kebiasan baik sperti shalat lima waktu, membaca Al-Qur’an dan membantu pekerjaan rumah.
3. Tahap ketiga (usia 14-21 tahun) jadikan anak sebagai sahabat, saat anak telah akil baliqh maka orang tua bersikap layaknya sebagai sahabat sehingga mereka terbuka dalam segala hal kepada orang tua.
Agama Islam telah sedemikan rupa mengatur arah pendidikan seorang anak, tinggal guru dan tentunya pemerintah mengimplemantasikan sesuai petunjuk dalam hadist dan al-Quran. Tetaplah Guru menjadi “Guru” ( di Gugu dan di Tiru ). Tetaplah memberikan contoh yang baik di sekolah maupun dimaasyarakat, karena menjadi tauladan (contoh ) lebih baik daripada seribu kata.
Menjadi guru di zaman now memang sangatlah berbeda dengan mengajar di zaman dulu, karena waktu kita lebih banyak untuk mengajarkan adab dan akhlak . Karena pengaruh akses informasi di media sosial yang luar biasa tidak bisa terbendung menyebabkan banyak budaya negatif yang terserap oleh seorang anak. Disaat lelah yang luar biasa setelah mengajar selalu saya tanamkan dan yakini bahwa bisa jadi dari salasatu murid kita itu tangannya ada menarik kita ke surga atas ilmu, nasehat dan kebaikan yang pernah kita berikan.
Kenyataan dilapang sebagai seorang pendidik membuat kita sering mengeluskan dada, karena banyak anak yang tumbuh lebih cepat, istilahnya dewasa sebelum masanya. Kita sebagai orang tua dan seorang guru harus membentengi dengan akidah dan akhlak, tak henti-hentinya menasehati dan mengingatkan agar jangan sampai kemajuan teknologi menjerumuskan ke dalam pergaulan yang mengarah ke negative.
Mau dibawah kemana arah pendidikan kita ? jawabannya adalah pada tiga komonen yang bertanggung jawab atas maju tidaknya dan berhasil atau tidaknya sebuah pendidikan, yakni orang tua, guru dan lingkungan (Masyarakat) termasuk disini kebijakan pemerintah.
Semoga generasi emas yang di damba-dambakan akan memimpin bangsa Indonesia nantinya dapat terwujud, bangsa yang tangguh dan disegani oleh negara lain, seperti Burung Garuda Lambang Negara Indonesia.
Editor Syahroni Nur Wachid