Kolom oleh Anwar Hudijono
PWMU.CO – Kalau di rimba raya, Presiden AS Donald Trump itu bisa ditamsilkan layaknya seekor lutung. Sangat pandai bervokal dan bertingkah untuk menempatkan dirinya sebagai penghuni belantara paling menarik, paling seksi.
Seekor lutung akan terlihat melompat-lompat dari satu pohon ke pohon lain dengan aksi akrobatiknya yang memukau. Suaranya menggema di antara suara burung, belalang dan satwa lain.
KOLOM ANWAR HUDIJONO LAIN Kekuasaan Presiden Tidak Powerful, Terjadi Bingung Nasional
Kalau saya, tamsil yang tepat adalah layaknya seekor orong-orong. Kecil, tertutup di antara semak belukar dan kelaras. Berteriak sekeras apapun akan tenggelam oleh kemresek daun kering yang ditiup angin.
Tingkah dan ucapan Trump sering nyeleneh dan kontroversial. Lihat saja, saat mengunjungi korban badai di Puerto Rico. Dia malah bilang mereka jadi beban Amerika. Tiba-tiba mengancam akan meluluhlantakkan Korea Utara. Begitu dibalas sesumbar ole Korea Utara, langsung ngeper. Dulu dia pernah akan melarang imigran muslim ke Amerika. Menganggap rakyat Meksiko layaknya penyakit menular sehingga perlu dibuat tembok pemisah.
Polemik dan kontroversi Trump merebak di seluruh dunia. Tidak ketinggalan di musuh bebuyutannya, Iran. Sampai-sampai Pemimpin Tertingi Iran Hadratus Syekh Ayatullah Ali Khamenei perlu mengingatkan rakyatnya, khususnya kalangan cendekiawan, mahasiswa, dan ilmuwan untuk tidak ikut berpolemik tentang Trump kendati sangat menggoda dan mengasyikkan.
“Jangan sampai waktu yang sangat berharga ini untuk orang-orang terbaik kita menjadi hilang hanya gara-gara membicarakan tentang Presiden Amerika itu,” kata Ali Khamenei saat melakukan pertemuan dengan para juara di bidang-bidang keilmuan, mahasiswa terbaik, intelektual. Mereka inilah ujung tombang kemajuan Iran.
Dia menambahkan, kalau mengikuti tentang Trump bukan untuk larut dalam ghibah, polemik, atau isu-isu yang tanpa ujung pangkal. Melainkan, untuk mencermati, menganalisis fenomena musuh. Harus mempelajari musuh agar tidak diterkam musuh. Jika merujuk pada sabda Nabi, “Pelajarilah bahasa musuhmu agar kamu tidak ditipu.”
Ali Khamenei perlu mengingatkan itu karena yang namanya media sosial seperti WA, Facebook, Twitter, Instagram, dan sebagainya itu bisa menjadikan masyarakat layaknya anak-anak kucing yang diberi mainan bola. Bola dikejar ke sana kemari, ditendang, diterkam, tetapi dijamin tidak akan bikin kenyang. Malah bisa-bisa mati karena kecapekan.
Di media sosial setiap saat bermain ghibah, bercengkerama dengan hoax. Belum selesai satu isu, sudah ganti isu lain. Melompat dari satu topik ke topik lain. Bahkan gulung guntung tanpa arah. Tidak ada solusi. Tidak produktif. Media sosial bisa menjadikan pecandunya jadi mahluk aneh.
Betapa ruginya masyarakat, bangsa jika ilmuwan, kaum cerdik pandainya menjadi makhluk aneh. Kakinya di bumi sementara jiwanya melayang-layang di dunia maya. (*)