PWMU.CO – Kegiatan Anjangsana guru dan karyawan SMA Muhammadiyah 2 (SMA Muha) Genteng, Banyuwangi, merupakan kegiatan rutin setiap akhir bulan dalam upaya menjaga tradisi silahturahmi hubungan kekerabatan antar warga sekolah.
Tempat anjangsana dilaksanakan bergiliran dari rumah guru atau karyawan yang mendapat undian arisan, pada hari Ahad (26/01/2025) anjangsana bertempat di rumah Debby Galuh Berdiana SPd, salah satu karyawan tata usaha SMA Muha.
Seremoni Anjangsana
Tepat pukul 08.00 WIB, seremonial anjangsana guru dan karyawan SMA Muha Genteng dimulai. Dipandu oleh pembawa acara, Adhe Yoga Revaldi SSos. Setelah acara pembukaa,n dilanjutkan dengan pembacaan ayat al-Quran secara bersama-sama yang dipandu oleh Abu Tholib SHum.
Acara dilanjutkan dengan sambutan tuan rumah, dan diteruskan dengan sambutan kepala SMA Muha Genteng, Drs Suharyono. Diawali ucapan terima kasih kepada tuan rumah yang telah menyambut dengan sangat luar biasa.
“Baru kali ini acara anjangsana memakai sound seperti orang hajatan, termasuk penataan meja kursinya karena biasanya kegiatan anjangsana kita duduk lesehan, tapi kali ini sungguh luar biasa,” ujar Suharyono.
Dalam sambutan selanjutnya, Suharyono menegaskan kembali bahwa sejak awal mula kegiatan anjangsana ini dibentuk sebagai upaya merekatkan tali silahturahmi, mengakrabkan keluarga besar guru, dan karyawan SMA Muha.
“Artinya kita harus hadir sarimbit, dan mohon anjangsana berikutnya istri atau suami, beserta anaknya diajak,” tegas Suharyono.
Kultum dengan Mocopat Maskumambang
Usai sambutan kepala sekolah, dilanjutkan denga acara terakhir, yaitu kuliah tujuh menit (Kultum) disampaikan oleh Ir Mutawasik sebagai ciri khas setiap ada majelis atau rapat di Muhammadiyah.
Materi yang disampaikan tentang peristiwa Isra’ Mi’raj dengan mengutip ayat al-Quran surat Al-Isra’ ayat 1, “Itu sebagai dasar hukum sekaligus bukti kalau persitiwa isra’ mi’raj itu benar adanya,” terang Mutawasik.
“Dan yang lebih nyata dari peristiwa tersebut adalah oleh-oleh yang dibawa baginda Rasul, Nabi Muhammad. Dan oleh-oleh tersebut masih kita nikmati hingga saat ini, yaitu shalat lima waktu, suatu wujud syukur dalam bentuk komunikasi hamba dengan khaliqNya,” jelas Mutawasik.
Di akhir kultumnya, sebagai wujud syukur, Mutawasik mengalunkan tembang Mocopat Maskumambang :
Eling eling yo manembah marang Gusti
Kang Maha Kuasa
Maha Adil Maha Suci
Mrih slamet dunya akherat
Lamun nggugu lan ngabekti mring sawiji
Nora perlu uwas
Mugi gansar ing rejeki
Sandang pangan tansah sedya
“Tembang ini mengajarkan kita tentang pengtingnya berbakti kepada Allah SWT, dan bersyukur atas apa yang kita miliki. Dengan demikian kita dapat hidup bahagia dan sejahtera,” jelas Mutawasik.(*)
Penulis Abdul Muntholib Editor Zahrah Khairani Karim