
Oleh Nashrul Mu’minin – Content Writer Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
PWMU.CO – Pada era digital, informasi mengalir bagai banjir bandang yang deras. Dalam hitungn detik, jutaan data mampu terproduksi secara masif, dan menyebar ke berbagai platform, seperti: media sosial, situs berita, maupun aplikasi pesan instan.
Ironisnya, kemudahan mengakses informasi itu justru tersembunyi bahaya besar yang mengancam, yang berupa informasi hoaks, misinformasi, dan disinformasi. Lalu, bagaimana kita harus bisa menyaring dan memvalidasi informasi yang masuk?
Allah Subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan pesan melalui Kitab Suci Al-Qur’an dan Hadis secara relevan.
Dalam Al-Qur’an Allah Swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6)
Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu memverifikasi informasi sebelum mempercayai dan apalagi menyebarkannya. Inilah prinsip dasar dalam strategi validasi informasi di era digital.
Rasulullah SAW juga bersabda:
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang dikatakan pendusta jika ia menceritakan segala yang ia dengar.” (HR. Muslim)
Hadis ini mengingatkan kita bahwa tidak semua yang kita dengar atau baca itu benar. Kita harus kritis dan selektif dalam menerima informasi.
Kritis terhadap informasi digital
1. Cek Sumber Informasi
Langkah pertama adalah memeriksa sumbernya. Apakah informasi tersebut berasal dari sumber yang memiliki kredibilitas baik, seperti media mainstream terpercaya, lembaga resmi, atau ahli pada bidangnya. Jangan mudah percaya pada informasi yang sumbernya tidak jelas atau hanya berasal dari akun anonim di media sosial.
2. Verifikasi dengan Sumber Lain
Jangan hanya mengandalkan satu sumber. Bandingkan informasi yang Anda terima dengan sumber-sumber lain. Jika informasi tersebut benar, biasanya akan dilaporkan oleh beberapa media atau platform yang berbeda.
3. Periksa Tanggal dan Konteks
Informasi yang valid harus memiliki tanggal dan konteks yang jelas. Banyak hoaks yang menyebar karena informasi lama diangkat kembali dan disajikan seolah-olah baru terjadi.
4. Gunakan Tools Verifikasi
Di era digital, banyak tools yang bisa membantu kita memverifikasi informasi, seperti Google Reverse Image Search untuk memeriksa keaslian gambar, atau situs-situs fact-checking seperti Snopes, Turnbackhoax.id, atau Liputan Cek Fakta.
5. Analisis Konten dengan Kritis
Jangan hanya membaca judul atau kutipan singkat. Baca keseluruhan konten dan analisis dengan kritis. Apakah informasi tersebut masuk akal? Apakah ada bias atau agenda tertentu di baliknya?
Selain memvalidasi informasi, kita juga perlu menyaring informasi yang masuk ke dalam pikiran dan hati kita. Allah Swt berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra: 36)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap informasi yang kita terima akan dimintai pertanggung-jawaban. Oleh karena itu, kita harus selektif dalam memilih informasi yang kita konsumsi.
Pendidikan dan literasi digital menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan informasi di era digital. Generasi muda harus membekali diri dengan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan kemampuan menggunakan teknologi dengan bijak.
Rasulullah SAW bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِم
“Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Hadis ini menegaskan bahwa menuntut ilmu, termasuk literasi digital, adalah kewajiban bagi setiap muslim.
Di era digital, informasi adalah kekuatan. Namun, kekuatan itu bisa menjadi bumerang jika tidak disikapi dengan bijak. Dengan menerapkan strategi validasi dan penyaringan informasi, kita bisa melindungi diri dari hoaks dan misinformasi, sekaligus menjadi generasi yang cerdas dan bertanggung jawab.
Mari kita jadikan Al-Qur’an dan Hadis sebagai pedoman dalam menghadapi banjir informasi di era digital. Seperti kata pepatah, “Informasi adalah kekuatan, tetapi kebijaksanaan adalah kunci.”
Editor Notonegoro