
PWMU.CO – Siswa kelas 4 SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik (Berlian School) belajar dan mempraktikkan shalat Istisqa’ dalam kegiatan Pesantren Kilat Darul Arqam (PKDA), Kamis (6/3/2025).
Kegiatan diawali dengan pemutaran video ilustrasi mengenai shalat Istisqa’. Pemateri sekaligus guru Ismuba Berlian School, Khoirul Anam SPd, menjelaskan bahwa shalat Istisqa’ merupakan sholat sunnah yang dilakukan untuk memohon turunnya hujan. Shalat ini dilaksanakan di siang hari di tanah lapang yang kering.
“Shalat Istisqa’ ini serupa dengan Shalat Id, yakni dua rakaat. Pada rakaat pertama terdapat tujuh kali takbir, sedangkan pada rakaat kedua lima kali takbir. Setelah sholat, imam menyampaikan khutbah dan mengajak umat untuk memohon ampun kepada Allah,” ujarnya.
Saat sesi tanya jawab, Anam menjelaskan perbedaan antara shalat Id dan shalat Istisqa’. Salah satu perbedaannya adalah tata cara berdoa. Sesuai dengan sunnah Rasulullah, dalam doa setelah shalat Istisqa’, tangan diangkat hingga ketiak terlihat. Selain itu, surban yang dikenakan saat berdoa dipindahkan atau dibalik sebagai simbol harapan agar Allah membalikkan keadaan dari kesulitan menjadi kemudahan.
“Dalam shalat Id, tidak diperbolehkan membawa hewan ternak, sedangkan dalam shalat Istisqa’ diperbolehkan. Selain itu, shalat Id dianjurkan menggunakan pakaian terbaik, sementara shalat Istisqa’ lebih baik mengenakan pakaian sederhana,” jelasnya.
Anam juga menambahkan bahwa shalat Id dilaksanakan setahun dua kali, yakni pada 1 Syawal dan 10 Dzulhijjah. Sementara itu, shalat Istisqa’ dilakukan ketika terjadi kekeringan atau kemarau panjang, yang bisa terjadi dua, tiga, atau bahkan empat tahun sekali, tergantung kondisi.
Praktik Shalat Istisqa’
Tidak hanya mendapatkan materi, para siswa juga diajak untuk langsung mempraktikkan shalat Istisqa’. Dalam sesi praktik, seorang siswa, Ananda Dhirgham dari kelas 4 Pyramida, bertanya, “Ustadz, saya tidak membawa surban. Bagaimana cara memindahkannya?”
Khoirul Anam pun memberikan solusi sederhana. “Karena ini hanya simulasi, anak-anak bisa melipat sajadahnya secara panjang, lalu meletakkannya di punggung sebelah kiri. Setelah khutbah singkat dan saat akan berdoa, sajadah dipindahkan ke sebelah kanan,” terangnya.
Sebagai penutup, Khoirul Anam menegaskan bahwa salah satu penyebab kemarau panjang adalah banyaknya perbuatan maksiat di muka bumi. Oleh karena itu, umat Islam diajak untuk bertaubat, memperbanyak istighfar, serta memohon ampunan kepada Allah agar diberikan hujan demi kebaikan seluruh makhluk hidup. (*)
Penulis Alimmatul Ghoriyah Editor Wildan Nanda Rahmatullah