
Duta Besar LBBP RI, Drs Hajriyanto Y Thohari MA, saat menghadiri Kajian Ramadhan PWM Jawa Timur pada Sabtu (08/03/2025) di Dome Umla. (Vina Indriani/PWMU.CO).
PWMU.CO – Kajian Ramadhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur pada Sabtu (08/03/2025) berlangsung meriah.
Terhadiri oleh Duta Besar LBBP RI, Drs Hajriyanto Y Thohari MA, ia mengupas konsep Baldatun Thayyibatun dalam konteks dunia Islam saat ini.
Bertempat di Dome Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla), Hajriyanto menjelaskan istilah Thayyibah dalam Al-Qur’an. Menurutnya, istilah tersebut merujuk pada nilai kebaikan yang menjadi dasar dalam membangun peradaban Islam yang ideal.
Baldah Thayyibah dan Good Governance
Ia mencontohkan penggunaan kata tersebut dalam berbagai ayat, termasuk dalam Surah Saba’ yang menggambarkan negeri yang makmur dan berlandaskan prinsip-prinsip kebaikan.
Konsep ini juga relevan dalam pemerintahan yang baik (good governance), yang mengedepankan transparansi, akuntabilitas, dan kepatuhan terhadap hukum.
Lebih lanjut, Hajriyanto juga menelusuri perjalanan kekhalifahan Islam dari masa Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, hingga Abbasiyah. Ia menyoroti kejayaan Islam di masa Bani Umayyah yang mendapat pujian dari banyak kalangan.
Meskipun kemudian mendapat kritik dari para ulama Abbasiyah terkait suksesi kepemimpinan yang dinilai menyerupai tradisi jahiliah.
Kendati demikian, warisan peradaban Umayyah tetap berpengaruh besar, terutama di Andalusia yang pernah menjadi pusat keilmuan dunia dengan universitas-universitas ternama seperti Universitas Sevilla.
Lebih lanjut, ia menyoroti peran Muhammadiyah dalam membangun peradaban Islam modern, terutama melalui penguatan sektor pendidikan.
“Negara maju selalu memiliki sistem pendidikan yang unggul” ujarnya. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya pengembangan universitas, termasuk Umla, agar dapat berkontribusi dalam membangun peradaban Islam yang maju.
Mewujudkan Kembali Baldatun Thayyibatun
Dalam konteks geopolitik dunia Islam saat ini, Hajriyanto mengungkapkan bahwa dominasi Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, masih menjadi tantangan besar.
Setelah Perang Dunia II, banyak negara Muslim meraih kemerdekaan, tetapi tetap berada di bawah pengaruh Barat.
Simbol dominasi ini, menurutnya, dapat terlihat dalam keberadaan Israel di Timur Tengah.
Ia menegaskan bahwa untuk mewujudkan kembali Baldatun Thayyibatun, dunia Islam harus mampu mengakhiri ketergantungan terhadap Barat dan membangun kemandirian di berbagai sektor.
Sebagai penutup, Hajriyanto mengajak umat Islam untuk tidak hanya melakukan demonstrasi sebagai bentuk protes terhadap dominasi global. Tetapi juga berfokus pada pembangunan peradaban yang kuat melalui pendidikan, ekonomi, dan inovasi teknologi.
penulis Vina Indriani, Editor Danar Trivasya Fikri