
Oleh Ahmad Fikri – mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
PWMU.CO – Dalam anime Boruto episode 216, Naruto, Sasuke, dan Boruto mengalami kesulitan saat menghadapi Isshiki Otsutsuki. Meskipun telah menggunakan kekuatan maksimal, mereka tetap tidak mampu mengalahkannya. Bahkan mereka terdesak oleh kehebatan Isshiki. Pada saat genting inilah, Kurama menawarkan “kartu AS” kepada Naruto, yaitu Mode Baryon untuk meningkatkan kekuatan. Tetapi dengan konsekuensi fatal, yaitu Kurama harus mengorbankan diri. Setelah pertarungan usai dan Naruto menang, ia kehilangan chakra Kurama selamanya.
Demikianlah contoh sederhana penerapan fail safe dalam karakter film anime. Dan sebenarnya masih banyak lagi contoh ilustrasi penerapan fail safe dalam film-film lainnya. Sederhananya ketika karakter dalam film tersebut sedang terpojok dan tidak ada jalan keluar lagi selain kekalahan atau bahkan kematian, setidaknya mereka masih dapat menggunakan “kartu AS” atau “pintu darurat” terakhir. Upaya terakhir ini setidaknya memberikan manfaat meski sedikit, lebih-lebih lagi meskipun ada efek samping dari upaya tersebut.
Apa itu fail safe?
Fail safe adalah suatu mekanisme atau sistem yang dirancang untuk mencegah kegagalan atau meminimalkan dampak dari kegagalan dengan memastikan bahwa perangkat atau sistem tetap dalam kondisi aman ketika terjadi kesalahan atau malfungsi. Dalam teknik dan rekayasa, fail-safe berarti bahwa jika terjadi gangguan atau kerusakan, sistem akan beralih ke mode operasi yang paling aman untuk mencegah bahaya lebih lanjut (Wesley, 1995).
Salah satu contoh penerapan fail safe dalam teknik dan rekayasa, yaitu dalam sebuah lift memiliki rem yang ditahan dari bantalan rem oleh tegangan kabel lift. Jika kabel putus, tegangan akan hilang dan rem akan mengunci rel di poros, sehingga kabin lift tidak akan jatuh.
Konsep kemenangan menurut Al-Qur’an
Ustadz Felix Siauw pernah menyatakan bahwa di dalam Al-Qur’an ada tiga jenis kemenangan. Ketiga jenis kemenangan itu adalah: satu, kemenangan pribadi atas pribadi yang lain. Contohnya, Ia mengatakan, “Ketika kita menang debat dengan orang lain, misalnya, itulah contoh kemenangan pribadi atas pribadi lain, dan itu tidak begitu bagus”. Dua, kemenangan atas opini. Salah satu contohnya yaitu fail safe, Ustadz Felix menjelaskan “Fail safe di sini berarti jikalau anda harus selesai, anda harus pastikan bahwa akan ada sesuatu besar yang terjadi. Nach itu adalah kemenangan opini yang dimaksud Al-Qur’an”. Dan tiga, kemenangan penerapan aturan Islam secara utuh.
Dari ketiga kemenangan sebagaimana terurai diatas, penulis bermaksud lebih focus pada jenis kemenangan yang kedua, yaitu kemenangan atas opini. Pada jenis kedua ini Ustadz Felix memberikan satu contoh, yaitu fail safe. Fail safe berarti sistem atau mekanisme yang mencegah kegagalan total jika terjadi suatu masalah.
Sesungguhnya Al-Qur’an sudah lebih dahulu menjelaskan mekanisme ini, yaitu pada surat al-Buruj. Pada surat itu, terdapat suatu kisah menarik dibaliknya dengan mengilustrasikan penerapan fail safe dalam suatu peristiwa.
QS Al-Buruj ayat 1-9 dalam Tafsir Buya Hamka
Dalam Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka menafsirkan surat Al-Buruj dengan mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dan Imam Ahmad. Kisah ini terjadi di Kerajaan Najran, Yaman, sekitar 500 tahun sebelum Islam. Seorang anak kecil yang kuat imannya mendapat berbagai ujian dari Raja Dzu Nuwas yang kejam.
Sang raja berulang kali mencoba membunuh anak itu, tetapi gagal karena pertolongan Allah. Akhirnya, si anak memberi tahu cara membunuhnya, yaitu sang raja harus menyebut nama “Tuhan si anak” sebelum mengeksekusinya di hadapan rakyat. Setelah eksekusi berlangsung, justru seluruh rakyat yang menyaksikan beriman kepada Allah.
Ini adalah bentuk fail safe dalam dakwah, di mana pengorbanan si anak justru menghasilkan kemenangan besar bagi tauhid (Hamka, 1983).
Perspektif Al-Qur’an tentang Fail safe
Sepenggal kisah yang menarik di balik surat al-Buruj tersebut menjelaskan secara sederhana tentang penerapan fail safe dalam suatu peristiwa. Sebenarnya masih banyak lagi contoh penerapan fail safe dalam Al-Qur’an, seperti: ketika nabi Musa AS di tantang debat oleh raja Firaun, dan nabi Musa menyatakan bersedia. Tetapi dengan satu syarat yaitu pada saat mereka debat harus disaksikan oleh banyak orang.
Yang mana hal tersebut merupakan strategi yang bagus dari penerapan fail safe dengan mencegah terjadinya perdebatan yang sia-sia, sehingga dengan banyaknya orang yang menyaksikan debat antara Nabi Musa berhadapan dengan raja Firaun. Hal tersebut dapat mengurangi dampak intervensi raja Firaun terhadap Nabi Musa. Sekaligus menambah kepercayaan orang-orang yang menyaksikan debat tersebut kepada nabi Musa dalam menyebarkan dakwahnya.
Jika diambil kesimpulan, bahwasanya Al-Qur’an dalam menerapkan fail safe menggunakan dan mempersiapkan dengan sebaik mungkin kesempatan terakhir, atau dengan istilah “kartu AS” dan “pintu darurat” ketika berada dalam keadaan terpojok. Dengan begitu setidaknya kekalahan atau kegagalan yang kita alami tidak sepenuhnya merupakan kegagalan mutlak dan tidak sepenuhnya sia-sia. Tetapi efek yang timbul sehingga kemenangan yang sejati di peroleh dengan pengorbanan tersebut.
Bagi seorang muslim yang mampu menerapkan fail safe dengan benar sebagaimana yang di maksud dalam Al-Qur’an, maka mekanisme dan strategi itulah yang sebenarnya dapat membalikkan keadaan yang semula buruk, kalah, dan terpuruk menjadi kemenangan sejati yang mutlak dan hakiki. (*)
Editor Notonegoro