
PWMU.CO – Mengajarkan puasa kepada anak yang belum berusia 7 tahun bisa menjadi tantangan tersendiri. Dalam tuntunan Islam, anak-anak memang belum berkewajiban menjalani berpuasa sebelum mencapai usia baligh. Mereka juga belum memiliki kewajiban syariat seperti shalat atau zakat. Tetapi mengenalkan puasa sejak dini merupakan langkah awal yang baik agar mereka tumbuh dengan kesadaran bahwa puasa adalah bagian dari ibadah yang wajib bagi pemeluk agama Islam.
Karena itu, mengenalkan puasa pada anak di bawah 7 tahun sangat penting. Perlu memperkenalkan konsep puasa secara ringan dan menyenangkan, sesuai dengan kemampuan fisik dan mental mereka. Rasulullah saw tidak pernah memaksa anak kecil untuk berpuasa, melainkan memberikan pendidikan bertahap agar mereka terbiasa dengan ibadah ini.
Cara mengenalkan puasa
Berikut beberapa cara praktis dan menyenangkan untuk mengenalkan puasa kepada anak kecil tanpa membuat mereka terbebani.
- Puasa ‘Bermain’ atau puasa latihan
Karena anak usia dini belum memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk berpuasa sehari penuh, maka mereka bisa dilatih dengan metode puasa bertahap. Misalnya dengan mengajak puasa hanya setengah hari, yaitu berpuasa mulai dari sahur hingga tiba waktu Dhuhur atau Ashar, lalu berbuka. Atau puasa hanya beberapa jam saja dengan mengajak anak-anak tersebut untuk menahan makan dan minum kurang lebih 2-3 jam. Yang mampu menjalaninya bisa mendapat penghargaan atas usahanya. Bisa pula dengan puasa selang-seling, yaitu anak berpuasa satu hari, lalu tidak berpuasa di hari berikutnya, dan berpuasa lagi di hari berikutnya lagi. Demikian seterusnya agar anak-anak tidak merasa terlalu terbebani.
Metode ini tidak membebani anak-anak. Sebaliknya, anak-anak lebih mudah mengenali konsep puasa sesuai dengan usia dan kemampuan mereka.
- Menjelaskan puasa dengan bahasa sederhana
Tentunya anak kecil belum memahami konsep ibadah secara mendalam. Maka penting bagi orang tua untuk menjelaskan puasa dengan bahasa yang mudah dimengerti. Misalnya, “puasa itu latihan untuk menjadi anak yang kuat dan sabar. Saat puasa, kita tidak makan dan minum untuk sementara waktu karena kita ingin mendekatkan diri kepada Allah.”
Bisa juga dengan memberikan analogi sederhana, seperti, “Puasa itu seperti permainan. Kita mencoba untuk tidak makan dulu sampai waktu berbuka tiba. Kalau kita bisa menahan diri, kita menang dan Allah senang!”
Dengan penjelasan yang ringan dan menyenangkan, anak akan lebih mudah menerima konsep puasa tanpa merasa terpaksa.
- Mengajak anak merasakan suasana Ramadhan
Meskipun belum bisa berpuasa penuh, anak-anak bisa merasakan keistimewaan bulan Ramadhan melalui kegiatan, antara lain: ikut makan sahur bersama keluarga, membantu menyiapkan hidangan berbuka, menghitung waktu berbuka dengan jam atau kalender, menghias rumah dengan dekorasi Ramadhan, atau mengikuti doa berbuka puasa dan belajar berdoa sebelum makan.
Dengan cara ini, anak akan merasakan kegembiraan bulan Ramadhan meskipun belum berpuasa penuh.
- Memberikan apresiasi dan hadiah kecil
Anak-anak sangat senang jika mereka mendapatkan penghargaan atas usaha mereka, sehingga orang tua bisa memberikan hadiah kecil atau pujian untuk memotivasi mereka. Misalnya dengan memberi pujian, “MasyaAllah, hari ini kamu sudah mencoba puasa sampai Dzuhur! Hebat sekali!”
Bisa juga dengan memberikan stiker bintang atau hadiah sederhana setiap kali mereka berhasil berlatih puasa. Namun, hindari memberikan hadiah yang berlebihan, agar mereka tidak berpuasa hanya karena mengharapkan hadiah, tetapi karena mereka memahami nilai ibadahnya.
- Tidak memaksa, biarkan belajar dengan nyaman
Hal penting yaitu tidak memaksakan anak kecil berpuasa jika memang belum siap. Jika anak merasa terlalu lapar, haus, atau lemas, izinkan mereka untuk berbuka.
Rasulullah saw dan para sahabat tidak pernah memaksa anak kecil untuk berpuasa penuh, tetapi hanya mengenalkan secara bertahap. Dalam hadis disebutkan: “Kami berpuasa dan menyuruh anak-anak kami yang masih kecil untuk berpuasa. Jika mereka menangis karena lapar, kami membuatkan mereka mainan dari wol agar mereka tetap terhibur hingga waktu berbuka tiba.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa melatih anak-anak untuk berpuasa secara bertahap, tetapi jika mereka merasa kesulitan, orang tua tidak memaksa mereka untuk tetap berpuasa.
Lalu, kapan anak perlu belajar puasa secara serius? Pertama, ketika usianya belum 7 tahun, dapat melalui pengenalan dan latihan ringan, tanpa paksaan. Kedua, ketika berusia 7-10 tahun, harus mulai berlatih puasa setengah hari atau bertahap secara sungguh-sungguh. Dan ketiga, saat bersia 10 tahun ke atas, sudah harus mulai melatihnya dengan berpuasa penuh, karena sudah mendekati usia baligh.
Rasulullah saw bersabda:
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat saat berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (dengan pukulan ringan dan mendidik) jika meninggalkannya saat berumur sepuluh tahun.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Dari hadis ini, ulama berpendapat bahwa prinsip yang sama dapat diterapkan dalam puasa, yaitu mulai diperkenalkan sejak usia 7 tahun, dan semakin diarahkan secara bertahap hingga mereka siap menjalankan puasa penuh menjelang usia baligh.
Mengenalkan puasa kepada anak di bawah 7 tahun menjadi langkah yang baik, asal tidak dengan paksaan. Puasa bagi anak kecil bukan kewajiban, melainkan ajang pembelajaran agar mereka tumbuh dengan kecintaan terhadap ibadah.
Karena itu, gunakan metode bertahap seperti puasa setengah hari atau beberapa jam. Juga perlu membuatkan suasana Ramadhan agar menyenangkan, tanpa tekanan. Bagi yang mau berpuasa, berikan apresiasi tapi jangan berlebihan. Juga jangan memaksakan kehendak jika anak belum siap, karena mereka masih dalam tahap belajar.
Dengan pendekatan yang lembut, bertahap, dan penuh kasih sayang, anak-anak akan tumbuh menjadi generasi yang mencintai ibadah puasa dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Mari bimbing anak-anak kita dengan cara yang menyenangkan agar mereka mencintai ibadah sejak dini!
Editor Notonegoro