
PWMU.CO – Masjid Islamic Center UAD kembali menggelar Ceramah Tarawih Spesial pada Senin (17/3/2025) dalam rangka peringatan Nuzulul Quran. Acara ini menghadirkan Ahmed Abdelhalim Khatab, anggota Lembaga Fatwa Mesir, sebagai penceramah utama. Turut hadir Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dengan Muhammad Zakaria Darlin dosen Bahasa dan Sastra Arab Universitas Ahmad Dahlan (UAD), sebagai penerjemah.
Dalam ceramahnya, Ahmed Abdelhalim Khatab menegaskan bahwa al-Qur’an adalah pedoman utama bagi umat Islam yang harus dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengawali dengan mengungkapkan rasa terima kasih atas sambutan hangat dari masyarakat Indonesia.
“Saya sangat senang berada di Indonesia. Orang-orangnya ramah dan penuh kebaikan,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa turunnya al-Qur’an adalah peristiwa agung yang menjadi tonggak utama dalam Islam. Dr. Ahmed mengutip Surah al-Baqarah ayat 185:
“Bulan Ramadan adalah bulan diturunkannya al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia.”
Lebih lanjut, ia mengaitkan ayat ini dengan Surah al-Qadr, yang menegaskan bahwa Lailatul Qadar adalah malam turunnya al-Qur’an dan memiliki keutamaan lebih baik dari seribu bulan.
Dr. Ahmed juga menekankan bahwa wahyu tidak diturunkan sekaligus, melainkan secara bertahap, menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan umat saat itu.
“Al-Qur’an turun sedikit demi sedikit untuk membimbing umat dalam setiap aspek kehidupan,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pertama kali menerima wahyu di usia 40 tahun dan menjadikan puasa hari Senin sebagai bentuk penghormatan terhadap hari kelahirannya serta hari turunnya wahyu pertama di Gua Hira.
Selain itu, al-Qur’an bukan hanya memberikan petunjuk bagi manusia tetapi juga bagi makhluk lain seperti jin. Ia mengutip Surah al-Jinn, yang menyebutkan bahwa para jin pun terpesona oleh keindahan dan kemuliaan al-Qur’an.
Dr. Ahmed mengajak umat Islam untuk menjadi Ahlul Qur’an, yakni orang-orang yang menjadikan kitab suci ini sebagai pedoman hidup.
“Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, al-Qur’an berada di tangan kita, tertulis dalam mushaf dan dijaga oleh para ulama. Maka, marilah kita menjadi Ahlul Qur’an,” serunya.
Ia juga mengutip perkataan Sayyidah Aisyah RA yang menyatakan bahwa akhlak Rasulullah Saw adalah al-Qur’an. Dengan kata lain, setiap sikap dan perilaku beliau mencerminkan nilai-nilai dalam kitab suci ini.
Dalam kesempatan ini, Ahmed juga mengingatkan umat Islam tentang Perang Badar, yang terjadi pada 17 Ramadan.
“Saat itu, hanya 300 pasukan Muslim yang menghadapi 1.000 tentara Quraisy. Namun, kemenangan diberikan oleh Allah kepada kaum Muslimin,” jelasnya.
Ia menyoroti bahwa para sahabat berperang dalam kondisi berpuasa, menunjukkan keteguhan dan ketakwaan mereka kepada Allah.
“Jika para sahabat mampu berjuang dalam keadaan puasa, maka kita pun seharusnya mampu menahan diri dari godaan kecil untuk membatalkan puasa,” tegasnya.
Salah satu topik yang paling dinantikan dalam kajian ini adalah pembahasan tentang Lailatul Qadar.
Ahmed menjelaskan bahwa malam ini lebih baik dari seribu bulan karena penuh dengan keberkahan dan turunnya malaikat.
Ketika seorang jamaah bertanya tentang tanda-tanda Lailatul Qadar, Dr. Ahmed menyebutkan beberapa ciri yang disebut dalam hadis:
- Suasana malam terasa damai dan tenang
- Udara sejuk, tidak terlalu panas maupun dingin
- Langit lebih gelap tanpa cahaya yang menyilaukan
- Ayam berkokok lebih banyak dari biasanya, sementara anjing lebih sedikit menggonggong
Ia juga menambahkan bahwa seseorang yang mendapatkan Lailatul Qadar akan merasakan ketenangan hati dan air mata yang mengalir saat beribadah.
“Jika suatu malam Anda merasa hati lebih tenteram dan air mata mengalir saat beribadah, bisa jadi itu adalah Lailatul Qadar,” ujarnya.
Sebagai penutup, Ahmed memberikan tiga amalan utama yang perlu diperbanyak dalam mencari Lailatul Qadar:
- Membaca doa: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni
- Meningkatkan kualitas salat dan ibadah
- Menjaga konsistensi dalam beribadah setelah Ramadan
“Jangan sampai semangat ibadah kita hanya tinggi di bulan Ramadan, lalu melemah setelahnya. Jadikan Ramadan sebagai momentum perubahan menuju kebaikan yang berkelanjutan,” pesannya.
Dengan ceramah ini, Ahmed berharap umat Islam dapat semakin dekat dengan al-Qur’an dan menjadikannya sebagai pedoman utama dalam menjalani kehidupan. (*)
Penulis Ahmad Sa’dan Husaini Editor Wildan Nanda Rahmatullah