
PWMU.CO – SD Muhammadiyah 1 dan 2 Taman Sidoarjo (SD Mumtaz) menggelar Kajian Ramadan 1446 H yang diikuti oleh 230 peserta, terdiri dari guru kelas, guru mata pelajaran, guru BTQ, guru inklusi, guru talent, serta karyawan. Acara ini berlangsung di Aula SD Mumtaz Gedung 1 pada Sabtu (22/3/2025).
Wakil Kepala SD Mumtaz bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Eli Mahmudah, SAg MPd, menyampaikan bahwa dalam Kajian Ramadan ini, pihaknya menghadirkan Dr H Sam’un MAg, sebagai narasumber.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, memperdalam pemahaman keislaman, memperkuat nilai-nilai Kemuhammadiyahan, menjalin ukhuwah Islamiyah, serta meningkatkan kualitas pendidikan dan karakter.
Eli berharap setelah mengikuti Kajian Ramadan ini, pembinaan spiritual yang diberikan dapat membuat para guru dan karyawan semakin dekat dengan Allah Swt, terutama di sepuluh hari terakhir bulan suci Ramadan. Selain itu, diharapkan wawasan mereka mengenai ajaran Islam, khususnya yang berkaitan dengan ibadah di bulan Ramadan, semakin bertambah.
Ia juga menekankan pentingnya memperkuat pemahaman tentang ideologi dan gerakan Muhammadiyah agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari serta dalam proses pendidikan. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kebersamaan dan silaturahmi antara guru serta karyawan, sehingga tercipta lingkungan kerja yang harmonis dan penuh keberkahan.
Terbentuknya karakter Islami yang kuat pada tenaga pendidik dan karyawan juga menjadi tujuan utama, agar mereka dapat menjadi teladan bagi siswa dalam hal akhlak, disiplin, dan profesionalisme. Kesimpulannya, Kajian Ramadan ini bertujuan menciptakan lingkungan pendidikan yang Islami, berkualitas, dan penuh keberkahan, imbuhnya.
Dr H Sam’un MAg, dalam kajiannya menyampaikan bahwa bulan suci Ramadan 1446 H akan segera berakhir. Kurang lebih delapan hari lagi, umat Islam masih menjalankan ibadah puasa. Oleh karena itu, sisa waktu ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk beribadah kepada Allah Swt. Nabi Muhammad Saw mengajarkan umatnya untuk berjihad dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dengan bersungguh-sungguh dalam beribadah.
“Bersungguh-sungguh berarti mengerahkan seluruh kemampuan kita—baik secara intelektual, fisik, maupun hati nurani,” ujarnya.
Dr. Sam’un menjelaskan bahwa jihad yang berkaitan dengan akal adalah ijtihad dalam memahami makna di balik amalan-amalan yang dilakukan selama bulan Ramadan. Pemahaman ini membutuhkan perenungan yang mendalam. Ia mencontohkan bagaimana Rasulullah Saw semakin bersemangat menyiapkan jihad fisik dalam sepuluh hari terakhir dengan melakukan i’tikaf di masjid. “Berbeda dengan kita yang justru lebih sibuk membuat kue untuk menyambut Lebaran,” ungkapnya, yang langsung disambut tawa oleh para peserta.
Ia melanjutkan bahwa pada malam-malam terakhir Ramadan, Nabi Muhammad Saw senantiasa menghidupkan malam-malam tersebut sebagai sarana perenungan dan transformasi diri agar semakin dekat dengan Allah Swt. “Ramadan merupakan wahana spiritual dan juga training bagi kita,” tambahnya.
Dalam ibadah puasa, umat Islam dilatih untuk lebih bijak dalam menjalani kehidupan. “Dalam hidup, ada hal yang tampak dan ada yang tidak tampak. Ini perlu kita sadari dan yakini. Misalnya, gaji yang kita terima adalah sesuatu yang tampak. Namun, berkah dan rahmat Allah Swt yang menyertainya adalah hal yang tidak tampak, tetapi justru itulah yang sebenarnya harus kita syukuri di bulan Ramadan,” jelasnya.
Ketua PCM Sepanjang ini juga menegaskan bahwa puasa Ramadan adalah perisai yang melindungi diri dari hawa nafsu. “Setan tidak mampu menguasai diri kita ketika kita berpuasa karena puasa adalah perisai bagi kita. Jika seseorang telah dikuasai hawa nafsunya, ia akan cenderung hidup dalam kesenangan berlebihan, berfoya-foya, dan melampaui batas. Hal ini tentu tidak baik,” jelasnya.
Dr Sam’un berpesan bahwa meskipun bulan Ramadan akan berakhir, nilai-nilainya harus tetap melekat dalam kehidupan sehari-hari. Ia menyebutkan empat kunci dalam menghadapi realitas kehidupan, yaitu: pertama, syukur; kedua, sabar; ketiga, ikhlas; dan keempat, taubat.
“Dalam hidup, kita tidak bisa lepas dari keempat hal ini. Jika kita dalam keadaan senang, kita harus bersyukur. Jika sedang bersedih, kita harus bersabar. Jika berbuat baik, kita harus ikhlas. Dan jika melakukan kesalahan, kita harus bertaubat. Semoga kita bisa istiqamah dalam mengamalkan nilai-nilai ini. Mari kita lebih bersemangat dalam beribadah di sepuluh hari terakhir bulan suci Ramadan ini,” pungkasnya. (*)
Penulis Arif Yuli Purwanto Editor Wildan Nanda Rahmatullah