
PWMU.CO – Dalam rangka mempererat ukhuwah Islamiyah, dan mengisi bulan suci Ramadan dengan kegiatan penuh makna, jajaran stakeholder PP Religi MBS Al Amin Bojonegoro gelar Ifthar Akbar dan Kajian Inspiratif pada hari Ahad (23/03/2025).
Acara ini dihadiri oleh jajaran asatadiz dan ustadzat SMP maupun SMA, dan seluruh karyawan Simphoni PP Religi MBS Al Amin Bojonegoro. Suasana penuh kekhidmatan terasa sejak awal acara, dimana para tamu undangan menyimak kajian dengan sangat antusias.
Kajian yang pertama disampaikan oleh ketua Badan Pembina Pesantren (BPP), Zainuddin, dalam penyampaiannya beliau menyampaikan nasihat dari kyai Ahmad Sahal (salah satu pendiri gontor) 4 Falsafah Jawa, yaitu:
- Toto (Menata): sebagai guru kita harus memiliki perencanaan yang matang sebelum bertindak, dan hal tersebut bisa dilakukan oleh siapapun orangnya yang memiliki tanggung jawab.
- Titi (Teliti): Teliti dalam melaksanan tugas, tidak ceroboh dan memperhatikan dengan detail apa yang dikerjakan.
- Tatak (Tangguh): Tegar, tangguh, dan berani menghadapi tantangan. Tidak mudah goyah dalam menjalankan tugas. Ketiganya kunci yang sangat penting untuk meraih kesuksesan.
- Tutuk (Tuntas): Menyelesaikan tugas hingga tuntas, dan tidak berhenti di tengah jalan, dengan demikian akan membangun reputasi positif, dapat diandalkan dan profesionalitas. Ketika seseorang menyelesaikan tugas dengan tuntas maka akan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
Kajian selanjutnya disampaikan oleh Dr KH Syamsul Huda MPdI, yang dalam pemaparannya beliau menekankan bagaimana sosok kyai mendidik santri seperti anaknya sendiri.
Dalam hal ini, ustadz dan ustadzah memilki peran yang sangat besar dalam mendidik, membimbing, dan mengasuh para santri dan santriwatinya.

Ustadz dan ustadzah harus memposisikan murid seperti anaknya sendiri, yaitu dengan memiliki sifat kasih sayang, karena kasih sayang adalah komunikasi hati ustadz-ustadzah dengan hati muridnya. Jika hati antara guru dan murid sudah menyatu, maka semuanya akan mudah untuk diatur.
Dalam pemaparannya, beliau berpesan semua ustadz-ustadzah untuk memiliki rasa sayang ke muridnya, dan ketika kita ikhlas mengamalkan ilmu kita kepada murid-murid kita, maka Allah, Malaikat, penduduk langit dan bumi akan mem-back up kita semua, karena sesungguhnya yang kita lakukan sekarang adalah investasi untuk akhirat.
Dan terakhir, beliau berpesan guru harus bercahaya, kalau guru tidak bercahaya bagaimana mau menerangi murid-muridnya.
Setelah tausiyah, acara dilanjutkan dengan doa bersama dan Ifthar yang penuh kehangatan. Kebersamaan yang terjalin dalam momen ini menjadi bukti nyata bahwa Ramadan tidak hanya tentang ibadah individu, tetapi juga membangun solidaritas dan kebersamaan dalam komunitas.
Semoga dengan adanya acara Ifthar Akbar dan Kajian Ramadan dapat meningkatkan keimanan, serta mempererat persaudaraan Islamiyah, dengan semangat kebersamaan Ramadan menjadi lebih bermakna dan penuh keberkahan.(*)
Penulis Nida’un Nur Iftikar Editor Zahrah Khairani Karim