
PWMU.CO – Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Grabagan Tulangan menggelar Sholat Idul Fitri 1446 H di Lapangan Fasum Bunderan Perumtas 3 Grabagan, Tulangan, pada Senin (31/03/25).
Bertindak sebagai imam dan khotib adalah Dr Imam Fauji Lc MPd, Dekan Fakultas Agama Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) sekaligus anggota Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah (LP2M) PWM Jatim.
Dalam khutbahnya yang bertema Menjaga Istiqomah dalam Ketaqwaan, Dr Imam Fauji menjelaskan bahwa esensi dari puasa adalah takwa.
Ia mengutip dialog antara dua sahabat Nabi, Ubay bin Ka’ab dan Umar bin Khattab, yang membahas makna takwa. Ketika Umar bertanya kepada Ubay tentang arti takwa, Ubay menjawab dengan sebuah perumpamaan, “Pernahkah engkau melewati jalan yang penuh bebatuan dan duri?” Umar menjawab, “Ya, aku akan berjalan dengan hati-hati agar tidak terkena batu dan duri.” Ubay pun menjelaskan, “Itulah takwa.”
Ilustrasi tersebut diperkuat dengan firman Allah dalam al-Qur’an Surah al-Baqarah ayat 2-3, yang menegaskan bahwa al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.
“Orang yang bertakwa akan menjalani hidup dengan penuh kehati-hatian,” terang khotib. Ia juga membacakan Surah al-Baqarah ayat 183 yang menegaskan kewajiban puasa bagi orang beriman agar mencapai ketakwaan.
Imam Fauji kemudian menyampaikan tiga kebiasaan penting Nabi Muhammad yang harus dijaga setelah Ramadhan agar ketakwaan tetap terpelihara:
Pertama, Qiyamullail atau Sholat Malam.
Menurut khotib, Nabi telah melaksanakan qiyamullail jauh sebelum hijrah ke Madinah dan sebelum perintah puasa Ramadhan diwajibkan.
Hal ini diperkuat dengan turunnya Surah al-Muzzammil, yang memerintahkan Nabi untuk bangun malam dan melakukan sholat qiyamullail di tengah tekanan dari kaum kafir Quraisy.
Ketika Nabi mengalami boikot dari Quraisy dan tidak dapat lagi sholat di sekitar Ka’bah, turunlah Surah Ad-Dhuha yang menganjurkan sholat dhuha.
“Ini menunjukkan adanya keterkaitan antara qiyamullail dengan keteguhan iman dalam menghadapi cobaan,” jelasnya.
Kedua, Tadarus al-Qur’an.
Khotib menekankan bahwa tadarus al-Qur’an tidak hanya dilakukan di bulan Ramadhan.
Dalam sebuah hadits, Nabi bersabda bahwa setiap orang yang duduk bersama untuk membaca dan mempelajari al-Qur’an akan memperoleh empat keutamaan:
- Ketenangan akan turun kepada mereka,
- Malaikat akan menaungi mereka,
- Mereka akan mendapatkan rahmat Allah,
- Allah akan menyebut mereka dengan bangga di hadapan para malaikat-Nya.
“Oleh karena itu, jangan jadikan ibadah Ramadhan hanya sekadar kenangan, tetapi jadikan sebagai kebiasaan dalam kehidupan kita,” ajaknya.
Ketiga, Puasa Sunnah. Khotib mengingatkan bahwa Syawal memiliki makna peningkatan. Oleh karena itu, terdapat anjuran untuk menjalankan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal.

Selain itu, ia mengutip hadits riwayat Abu Hurairah yang menyebutkan bahwa Nabi berwasiat untuk selalu mengamalkan tiga hal: Puasa tiga hari setiap bulan, Sholat dhuha dua rakaat, dan Sholat witir sebelum tidur.
Abu Hurairah sendiri tidak pernah meninggalkan tiga amalan tersebut sejak Nabi berwasiat kepadanya hingga akhir hayatnya.
Di akhir khutbah, khotib mengajak jamaah untuk mempertahankan amalan-amalan Ramadhan agar tidak hanya menjadi kenangan, tetapi menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
“Jangan jadikan ibadah Ramadhan hanya sebagai momen sesaat, tapi teruslah menjaga kebiasaan baik ini agar kita selalu dalam lindungan dan rahmat Allah,” pungkasnya. (*)
Penulis Sumardani Editor Alfain Jalaluddin Ramadlan