
Prof Muhadjir Effendy saat wawancara doorstop dengan Kontributor PWMU.CO, Taufiqur Rohman, di SMK Muhammadiyah 2 Genteng Banyuwangi. (Rifki Maulana/PWMU.CO).
PWMU.CO – Penasihat Khusus Presiden Republik Indonesia, Prof Muhadjir Effendy, menyampaikan respon pemerintah menghadapi resiprokal Presiden Amerika Serikat, Donald Trump terhadap Indonesia, Jumat (11/4/2025).
Hal tersebut ia sampaikan dalam sebuah kesempatan bersama PWMU.CO yang berlangsung di SMK Muhammadiyah 2 Genteng.
Lebih lanjut, momen tersebut berlangsung usai acara pengarahan dan dialog kenegaraan bersama Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi dan warga Muhammadiyah di kawasan ujung Timur pulau Jawa itu.
Dalam wawancara tersebut, Muhadjir menjelaskan bahwa kini tim Kabinet Merah Putih sedang bekerja keras untuk melakukan lobi ke Amerika.
“Tapi itu kan opsi, ya. Ada plan a, b, dan plan c” ujarnya.
Pemberdayaan UMKM
Optimistiknya yang pertama, Trump akan mengendorkan kebijakan resiprokalnya kepada Indonesia untuk kembali pada transaksi seperti biasa. Yang kedua mungkin menolak. Namun, kalau menolak apa yang harus kita lakukan?
“Itu kan harus ada plannya” tambahnya.
“Menurut saya, dengan pemberdayaan penguatan ekonomi dalam negeri. Karena itu penting peranan Muhammadiyah yang akan membangun jaringan retailnya” terang Muhadjir.
Intinya yang pertama, tegas Muhadjir, adalah pemberdayaan UMKM. “Karena UMKM ini share-nya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di atas 60 persen” tuturnya.
Jadi sebetulnya Indonesia ini, menurut Muhadjir, investasinya dari luar tidak seintens negara-negara yang lain layaknya Singapura. Sehingga, ancaman terbesar adalah ketika investor-investor yang selama ini mengekspor produknya ke Amerika kemudian itu terstop.
Untuk sementara, lanjut Mantan Rektor UMM itu, memang tidak terlalu besar andilnya terhadap PDB. “Kita bisa memperkuat ketahanan ekonomi, termasuk ketahanan pangan. Karena sekarang ujung-ujungnya persoalan makan di dunia ini” ungkap Muhadjir.
Pasar Besar Indonesia
Kemudian yang kedua, pemberdayaan ekonomi kelas menengah, sehingga bisa tetap beraktivitas secara ekonomi. Kemudian kita perketat close loop-nya. Artinya produk Indonesia untuk konsumen Indonesia sendiri.
Kemudian konsumen Indonesia juga secara etik tidak terlalu bersemangat untuk mengkonsumsi barang-barang dari luar negeri. Itu otomatis akan memperkuat ketahanan kita. Kenapa?
“Pasar kita sangat besar ada 187 juta. Itu pasar yang terbesar di Asia dan semua orang akan mengincar keberadaan Indonesia” ulasnya.
Jadi, kalau nanti pasar Amerika buntu, mereka arahnya ke negara-negara yang pasarnya besar seperti Indonesia. Tapi kalau kita punya ketahanan ekonomi domestiknya kuat, close loop dari dan oleh untuk Indonesia sendiri, maka kita punya ketahanan ekonomi yang bagus.
Penulis Taufiqur Rohman, Editor Danar Trivasya Fikri