
Oleh: Alfain Jalaluddin Ramadlan (Wakil Sekretaris LSBO PDM Lamongan, Pengajar Pondok Pesantren Al Mizan Muhammadiyah Lamongan, dan Ketua PC IMM Lamongan Bidang Tabligh dan Kajian Keislaman)
PWMU.CO – Sebuah tulisan yang dimuat dalam situs Kabar Al-Multazam mengangkat kisah inspiratif dari salah satu sahabat Rasulullah yang paling mulia dalam hal bacaan al Quran: Ubay bin Ka’ab radhiallahu ‘anhu. Ubay bin Ka’ab al-Khazraji al-Anshari adalah salah seorang sahabat Nabi yang memiliki posisi istimewa. Ia adalah seorang Anshar yang disebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai “qari’-nya”. Ubay memiliki dua kunyah (nama panggilan kehormatan/gelar): Abu al-Mundzir, sebagaimana yang diberikan oleh Rasulullah, dan Abu ath-Thufail, panggilan dari Umar bin al-Khattab karena ia memiliki anak bernama ath-Thufail.
Ubay dikenal memiliki rambut dan janggut beruban putih yang tidak diwarnai, menunjukkan kezuhudan dan kesederhanaannya.
Ia termasuk di antara orang-orang pertama yang memeluk Islam. Pada peristiwa Bai’at Aqabah kedua, Ubay termasuk yang bersyahadat, menyatakan iman dan kesetiaannya kepada Rasulullah. Ketika Nabi hijrah ke Madinah, Ubay dipersaudarakan dengan Said bin Zaid—salah satu dari sepuluh sahabat yang dijanjikan masuk surga (al-mubasyyaruun bil jannah).
Belajar Langsung dari Rasulullah
Pendidikan yang diperoleh Ubay datang langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau tidak hanya mengajarkan dengan lisan, tetapi juga dengan keteladanan dalam amal.
Suatu hari Rasulullah memanggil Ubay yang sedang shalat. Namun Ubay tidak langsung menjawab karena tengah dalam ibadah. Setelah selesai, ia segera menemui Nabi dan menyampaikan salam.
Rasulullah bertanya, “Apa yang menghalangimu menjawab panggilanku, wahai Ubay?”
Ubay menjawab, “Wahai Rasulullah, aku sedang shalat.”
Nabi berkata, “Tidakkah engkau mendengar firman Allah:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَجِيْبُوْا لِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ اِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيْكُمْۚ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ يَحُوْلُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهٖ وَاَنَّهٗٓ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ
‘Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul (Nabi Muhammad) apabila dia menyerumu pada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu! Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dengan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan (Qs al-Anfal: 24)?”
Ubay menjawab, “Ya, aku telah mengetahuinya, dan aku tidak akan mengulanginya lagi, insyaAllah.” (Sunan at-Turmudzi, Kitab Fadhail Quran, Juz: 5: 2875).
Lihatlah bagaimana para sahabat bersikap terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya. Mereka tidak membantah, tidak beralasan, bahkan langsung mengubah sikap mereka demi ketaatan yang sempurna.