PWMU.CO – Persoalan bangsa dengan kepemimpinan yang ada, sangat memprihatinkan belakangan ini. Kondisi seperti itu membuat Muhammadiyah mendapat tantangan yang lebih berat dalam menjalankan jihad politiknya.
Pandangan ini disampaikan Guru Besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Dr Bahtiar Effendy PhD, pada acara diskusi Milad Muhammadiyah ke-108 di Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Sabtu (11/11/17).
“Saat ini tantangan Muhammadiyah menghadapi persoalan bangsa jauh lebih berat. Masih panjang dan berat, untuk bisa menegakkan jihad dan menjalani kehidupan secara kaffah,” kata Bahtiar
Persoalan bangsa yang dimaksud Ketua PP Muhammadiyah ini di antaranya kentalnya kooptasi penguasa yang masih menjadi bayang-bayang berbagai aspek kepentingan.
Karena itu, menurutnya, merupakan saat yang tepat jika Muhammadiyah turut ambil bagian langsung dalam pemecahan persoalan kebangsaan ini. Yakni, berjihad di bidang perpolitikan.
“Kondisi sekarang lah momen Muhammadiyah menunjukkan kiprah politiknya mewarisi Ki Bagus Hadikusumo,” imbuhnya.
Tahun 1945 peran Muhammadiyah sangat jelas. Tetapi, lanjut Bahtiar, semenjak tahun 1959 Muhammadiyah seperti hilang di percaturan politik. Bahkan, selama 3 tahun terakhir, Muhammadiyah tidak menaruh perhatikan pada persoalan politik.
Selain memberi kritik internal pada Muhammadiyah, Bahtiar juga mengkritik kepemimpinan nasional saat ini. Menueutnya, pemimpin nasional harus banyak bersikap akomodatif.
“Pemimpin harus bisa menjadi solidarity maker, membangun solidaritas nasional. Kepemimpinan nasional tidak akan berhasil jika tidak akomodatif terhadap umat Islam,” katanya. (amin)