PWMU.CO – Pengetahuan tentang ziarah agaknya penting untuk diketahui agar tidak salah menafsirkan kata ini. Wawasan ziarah itu disampaikan detail oleh Drs KH Muhamamd Dawam Saleh dalam Kajian Ahad Pagi di Masjid At Taqwa Perguruan Muhammadiyah Giri, Kebomas, Gresik, Ahad (21/1/18).
“Ziarah kubur bisa menjadi syar’iyah, bidah, bahkan syirik,” tutur Alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) tahun 1983 ini.
Dia menyampaikan, ziarah kubur yang dicontohkan Rasulullah Saw bertujuan untuk mengingatkan kita akan kematian dan sekaligus mendoakan si mayit.
“Ziarah kubur itu menjadi ziarah bidah manakala meyakini bahwa berdoa di kuburan lebih baik dibanding berdoa di masjid atau di rumah,” ujarnya.
Alumnus Pondok Pesantren (Ponpes) Gontor tahun 1977 itu menegaskan ziarah kubur akan menjadi syirik ketika kita meminta doa atau berwasilah terhadap si mayit di kuburan.
“Lihat saja kuburan di abad-abad pertengahan ini. Lebih meriah daripada masjid. Ada pasar malamnya, diadakan bazar yang mendatangkan peziarah dari tempat-tempat yang jauh,” tegasnya.
Pendiri ponpes yang dibangun tahun 1986 ini mengungkapkan barisan anti-Tahayul, Bid’ah, Khurafat (TBC) yang dipelopori Muhammadiyah, Persatuan Islam (Persis), dan Al Irsyad kerap menjadi sasaran kaum yang tidak sependapat.
“Kita ini sering diserang sebagai penganut Wahabiyah, namun banyak juga yang membela,” ungkap pendiri ponpes dengan 2200 santri itu.
Kyai Dawam—panggilan akrabnya—menjelaskan di kuburan itu tempatnya jin karena makanan jin itu tulang.
“Kalau ingin sukses, ya laksanakan shalat berjamaah 5 waktu, Tahajud, Dhuha, dan sunah Rawatib,” jelasnya.
Dia mencontohkan dirinya yang merintis pondok mulai 10 hingga 2200 santri. “Semua itu rutin saya lakukan tanpa minta-minta ke Wali dan kuburannya. Hanya mohon pada Allah,” tegasnya.
Siapa menduakan Allah, dia teman syetan! (Mahfud/Rozak/TS)