PWMU.CO – Bukan sebuah kelaziman jika Tenaga Kerja Indonesia (TKI) belajar menulis. Tapi tidak bagi TKI di Malaysia ini.
Bersama mahasiswa Indonesia di Malaysia dan ibu-ibu rumah tangga, mereka mengikuti Workshop Menulis yang diselenggarakan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia (PCIM), di Rumah Dakwah Jalan Gombak, Ahad, (25/2/18).
Dipandu pembicara tunggal pendiri Sahabat Pena Nusantara (SPN) M Husnaini, mereka dilatih untuk menulis buku tentang suka duka di negeri jiran yang dikaitkan dengan aktivitas di Persyarikatan.
Ketua PCIM Malaysia yang juga dosen di IIUM, Dr Sonny Zulhuda dan Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Aisyiyah Nitha Nasitah, ikut mengawal acara sampai selesai menjelang Dhuhur.
Husnaini penulis buku produktif asal Lamongan yang sedang menempuh studi doktoral di Universitas Islam Antarbangsa Malaysia (IIUM) menyampaikan kiat menulis dan mempraktikkan secara langsung sehingga peserta mudah memahami materi yang disampaikan.
“Jangan dikira penulis ‘best seller’ itu mempunyai waktu khusus untuk menulis. Tetapi mereka menulis disela-sela mengantar anaknya sekolah, mengantar istrinya belanja dan lainnya,” kata penulis buku Menulis dari Nol Hingga Terbit Buku tersebut.
Namun Husnaini juga mempersilahkan manakala peserta membuat dan mempunyai waktu khusus yang hanya diperuntukkan bagi aktvitas menulis.
Dia bercerita, ketika mempunyai idelangsung ditulis di WhatsApp kemudian dikirimkan ke istrinya. Menurutnya, biasanya sang istri sudah mengerti WhatsApp yang dikirimkan tersebut kalau adalah materi tulisan suaminya.
Selain disimpan di dalam WhatsApp Husnaini juga menyimpan ide-ide tulisan di dalam fitur note atau catatan dalam handphone yang bisa juga dipilah-pilah dalam folder sebagaimana dilakukan para wartawan.
Husnaini mengatakan menulis harus fokus terhadap materi yang hendak ditulis dan jangan menulis materi yang tidak dikuasainya.
Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Alquran dan Sains Al-Ishlah (STIQSI) ini juga menyarankan kalau menulis jangan terlalu banyak berpikir dan takut salah. Mengalir saja sesuai prioritas tulisan.
“Ketika hendak menulis buatlah kata kunci yang hendak ditulis. Itu yang gampang. Kalau ilmiahnya membuat kerangka atau outline. Misalnya kata kunci ‘rumah ibadah’, ‘shalat’ dan ‘belajar’, maka materi tulisan mesti fokus ke situ terus,” katanya.
Pada kesempatan tersebut salah seorang peserta Supardi Yoga Kaman mengatakan dirinya kalau menulis terkadang semangat namun terkadang malas.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Husnaini mengatakan yang dialami Supardi juga dialami oleh siapa pun termasuk penulis-penulis ternama sehingga tidak perlu dirisaukan yang terpenting semangat dan fokus.
Ketua Panitia “Workshop Menulis” Sutrisno yang juga mahasiswa doktoral di IIUM mengharapkan agar peserta bisa setor tulisan hingga akhir Maret agar segera bisa diedit kemudian diterbitkan menjadi buku. (Agus S)