PWMU.CO-Nama lengkapnya Qurroatul Ayunin. Biasa dipanggil Anin. Lahir dengan kaki sebelah kanan hanya sampai sebatas lutut. Anin bisa berjalan dengan bantuan kaki palsu. Ketika Anin berusia TK, ayahnya menghadap Sang Kholiq. Sekarang Anin tinggal bersama ibunya.
Kehadirannya di kelas 7 A SMP Muhammadiyah 04 Tanggul (SMP Muhata) memberikan nuansa berbeda. Teman sekelas memperlakukan Anin seperti yang lainnya. Sebagai sesama siswa yang mandiri. Teman-teman baru mengulurkan tangan jika Anin sangat membutuhkan bantuan.
Baca Juga: Pelatihan Berorganisasi Cukup Disampaikan lewat Praktik Belah Durian
Anin mempunyai mimpi besar dalam hidupnya. Suatu hari Bu guru membagikan lembaran kertas kecil, kemudian berkata,”Ayo anak-anak tulis tiga keinginan besar dalam hidupmu dalam tiga menit.”
Semua bergegas menulis keinginan masing-masing, termasuk Anin. Setelah dikumpulkan, Bu Guru membaca satu persatu keinginan siswa-siswanya. Tibalah di kertas Anin.
”Benar Anin ingin punya restoran besar?” tanya Bu Guru. Dia mengangguk sambil tersenyum kecil.
”Anin juga ingin menjadi chef terkenal?” Bu Guru kembali bertanya. Dia kembali mengangguk.
”Anin juga ingin punya rumah besar?” Bu Guru melanjutkan pertanyaannya. Sekali lagi, Anin mengangguk sambil tersenyum dan menundukkan wajahnya tersipu malu.
Rabu (28/2/2018) kelas 7 belajar di luar kelas. Belajar berenang di Pemandian Patemon Tanggul. Sebelum berangkat Bu Guru memberi pesan. ”Anak-anak, Bu Guru titip Anin ya, karena nanti jalannya turun, tolong Anin dituntun atau kalau tidak bisa melanjutkan jalan, ada seorang dari kalian rela menggendongnnya.”
Mereka serempak menjawab,”Baik, Bu.“
Namun begitu sampai di pemandian, mereka lupa dengan pesan Bu Guru. Langsung ngacir terburu-buru ingin mandi. Ditinggallah Anin sendiri. Melihat itu Bu Guru bergegas masuk pemandian untuk memanggil siswa yang lain. ”Anak-anak, sudah lupakah dengan pesan Bu Guru tadi, ada dimana Anin sekarang?”
Mereka saling berpandangan. Kemudian langsung lari kembali ke tempat tiket dan menghampiri Anin.
”Aniiiiin, maaf ya, kami lupa.” Lantas mereka pun menuntun Anin memasuki arena pemandian. Kini semua siswa bergembira, bermain air dan berenang bersama. (Humaiyah)