PWMU.CO – Hasil mengejutkan diperoleh dari survei Pusat Studi Islam dan Pancasila (PSIP) FISIP UMJ yang berjudul “Pancasila, Islam, Moderasi Keberagamaan, dan Pemimpin Nasional Masa Depan”.
Ternyata, mayoritas siswa sepakan dengan penerapan hukum Islam. Hasil lainnya: Jokowi lebih diunggulkan dibanding Prabowo.
“Survei ini dilakukan pada awal Desember 2017. Karena berbagai hal baru kami rilis,” kata Direktur PSIP FISIP UMJ Ma’mun Murod Al-Barbasy, dalam keterangan tertulis pada PWMU.CO, Rabu (14/3/18) sore.
Dalam pencarian data, kata Murod, survei ini melibatkan seluruh mahasiswa FISIP UMJ yang mengambil Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. “Dengan responden sebanyak 400 pengurus harian OSIS dari 200 sekolah yang berada di wilayah Jabodetabek,” terang dia.
Responden terbanyak dari Kota Tangerang 14,81 persen, diikuti Jakarta Selatan 14,44 persen, Jakarta Pusat 14,07 persen, yang paling sedikit Jakarta Timur hanya 0.74 persen.
Kebanyakan responden di Kelas XI 52,24 persen, disusul Kelas XII 37,69 persen, dan Kelas X 10,07 persen. Dari sisi agama, Muslim sebanyak 91,14 persen, Kristen 4,43 persen, Budha 3,32 persen, dan Katholik 1,11 persen.
Menurut Murod, survei ini sebenarnya hanya seputar Pancasila, Islam dan Moderasi Keagamaan. “Namun dalam survei ini secara ‘iseng’ kami mengajukan dua pertanyaan terbuka dan tertutup terkait calon presiden pilihan pengurus OSIS. Hasilnya Jokowi masih unggul atas calon-calon lainnya,” ungkapnya.
Hasil survei ini, kata dia, dalam beberapa hal cukup mengejutkan. Namun dalam beberapa hal lainnya sebagaimana pandangan yang berkembang di masyarakat.
Terkait pelaksanaan Pancasila, 76,30 persen menganggap bahwa nilai-nilai Pancasila baru sebagian dilaksanakan, 21,48 persen menyatakan sudah dilaksanakan sepenuhnya, 1,85 persen menyatakan Pancasila belum dilaksanakan sama sekali.
Lalu bagaimana sikap responden terhadap posisi Pancasila sebagai ideologi final? Sebanyak 92,96 persen responden setuju Pancasila sebagai ideologi final, 4,44 persen ragu-ragu, dan sisanya 2,59 persen tidak tahu.
Lalu bagaimana kalau Pancasila diganti dengan Islam? Sebanyak 40,22 persen tidak setuju, 17,34 persen sangat tidak setuju. Sementara yang setuju 17,34 persen dan sangat setuju 4,43 persen. Yang menjawab ragu-ragu 27,68 persen.
Ketika diajukan pertanyaan bagaimana jika Indonesia menjadi negara Islam, sebanyak 17,34 persen sangat setuju, 28,04 persen setuju. Sebaliknya yang tidak setuju 26,94 persen dan yang sangat tidak setuju 5,90 persen. Yang menjawab ragu-ragu 21,77 persen.
“Yang agak mencengangkan, ketika diajukan pertanyaan terkait penerapan hukum Islam di Indonesia, sebanyak 20,74 persen responden sangat setuju, 38,89 persen setuju. Sedangkan 16,67 persen menyatakan tidak setuju dan 4,07 persen menyatakan sangat tidak setuju. Ragu-ragu sebanyak 19,63 persen,” jelas Murod.
Terkait pembubaran organisasi seperti FPI, HTI, MMI, sebanyak 67,91 persen menyatakan tidak perlu, sebanyak 6,72 persen menyatakan perlu. Ragu-ragu 25,00 persen.
Terkait bahaya Komunisme, 80,23 persen responden menyatakan sangat berbahaya. Ada responden yang menyebut sama sekali tidak berbahaya sebanyak 3,80 persen.
Lalu bagaimana jika Komunisme menjadi dasar negara, 53,96 persen menyatakan sangat tidak setuju, 38,49 persen menyatakan tidak setuju. Sementara yang setuju dan sangat setuju masing-masing 1,13 persen.
Tentang apakah Komunisme perlu dilarang? Sebanyak 84,85 persen menyatakan perlu, tidak perlu 5,68 persen dan ragu-ragu 9,47 persen.
Dalam survei ini diajukan dua pertanyaan terbuka dan tertutup terkait calon presiden. Untuk pertanyaan terbuka yang memilih Jokowi 40,84 persen, Prabowo 34,03 persen, Anies Baswedan 9,42 persen, Ridwan Kamil 8,38 persen, Gatot Nurmantyo 5,24 persen, dan BJ Habibie 2,09 persen. Dan lainnya di bawah 2persen.
Sementara untuk pertanyaan tertutup, Jokowi masih yang tertinggi 38,06 persen, Prabowo 29,48 persen, Anies Baswedan 10,82persen, Ridwan Kamil 10,45 persen, Gatot Nurmantyo 5,60 persen, Amien Rais, Megawati, dan Habib Rizieq masing-masing 1,49 persen, Jusuf Kalla 1,12 persen, yang lainnya di bawah 1 persen.
Menurut Murod, meski yang menjadi responden siswa SMA/SMK/MA yang notabene masuk kategori pemilih pemula yang nanti akan memilih pada pemilu mendatang, hasil survei terkait dengan presiden ini praktis tak ada kejutan. “Jokowi menempati posisi teratas, meski selisih dengan Prabowo tidak cukup jauh,” ujarnya. (MN)