PWMU.CO-Belajar sejarah Indonesia akan membosankan bila hanya dipelajari dalam kelas tanpa melihat benda peninggalan sejarah secara langsung. Melakukan pembelajaran di luar kelas dengan mengunjungi museum menjadi salah satu cara belajar sejarah yang menyenangkan bagi siswa. Itulah yang dilakukan murid-murid kelas V siswa Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 18 Surabaya dengan berkunjung ke Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Kamis (22/3/2018).
Kedatangan rombongan sekolah yang berlokasi di Jl. Mulyorejo Tengah No. 5 ini diikuti oleh 91 siswa kelas V dan 7 guru pendamping, Mereka disambut pemandu museum dengan ramah. Peserta langsung diantar pemandu museum, Suyatno ke Gedung Von Faber. Sebagai pembuka, ada pengarahan singkat mengenai profil dan penjelasan koleksi museum oleh tim pemandu wisata.
Selanjutnya, siswa diajak melihat pemutaran film peninggalan sejarah di Jawa Timur. Lokasi nyaman dan suasana sejuk membuat siswa menikmati pemutaran peninggalan sejarah tersebut. Siswa pun terlihat serius menyimak dan menuliskan catatan di bukunya.
Pada sesi berikutnya, rombongan siswa diajak berkeliling melihat koleksi peninggalan sejarah di ruang pameran. Mereka ditemani tim pemandu wisata. Jika sebelumnya siswa hanya mengetahui benda-benda bersejarah melalui bacaan, di Museum Mpu Tantular, mereka melihat langsung wujud benda-benda sejarah. Ada koleksi jaman prasejarah, klasik (Hindhu-Buddha), jaman Islam, kolonial, dan modern, termasuk koleksi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sambil mendengarkan penjelasan dari tim pemandu, para siswa mencatat setiap benda koleksi yang ditemui. Rasa ingin tahunya yang demikian besar membuat para siswa tidak sabar untuk menyusuri setiap sudut museum. Mereka memencar mencari benda koleksi yang aneh-aneh. Seketika, para siswa seperti berubah sebagai hunter (pemburu) dadakan untuk meneliti benda-benda bersejarah. Tak sedikit dari mereka pun berebut untuk bertanya pada tim pemandu bila tidak tahu.
”Pak Suyatno, itu benda apa pak kok dipagari?” tanya Naufal dengan wajah penasaran.
Dengan sabar, Suyatno menjelaskan Menurut Suyatno, benda itu merupakan kalung kerajaan yang terbuat dari emas murni 22 karat. Benda itu ditemukan oleh seorang anak usia 12 tahun yang juga menjadi buruh tani, Seger. Lokasi temuanya di Desa Plaosan, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri tahun 1989. “Tanpa sengaja Seger menemukan barang tersebut saat mencangkul kebun yang dikerjakan saat itu. Setelah dilakukan penelitian barang tersebut diduga peninggalan Raja Erlangga,” jelas Suyatno.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa benda itu sengaja dipagari dan hanya diperlihatkan saja untuk menjaga keamanan barang tersebut.
Selain itu siswa juga menjajal sejumlah alat percobaan di lantai dua museum secara bergantian. Menutup kegiatan belajar bersama, guru dan siswa mengunjungi taman Abhirama yang berada di Pagerwojo, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, di taman inilah dilakukan refleksi pembelajaran, dan makan siang bersama. (Izzy)