PWMU.CO – Ada cerita menarik di balik peresmian Mushala Al Azhar oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Dr HM Saad Ibrahim, Ahad (22/4/18).
Mushala yang terletak di Desa Tanggulrejo, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, itu sebenarnya sudah didirikan dua tahun tujuh bulan yang lalu, tepatnya September 2015. Sampai saat peresmian itu, realisasi pembangunan sudah mencapai 90 persen.
Ketua Panitia Pembangunan Mushala Al Azhar Ahmad Faizun SSos menceritakan, semangat ingin punya mushala sudah sangat lama tertanam dalam benak para Pimpinan Rantng Muhammadiyah (PRM) Tanggurejo.
“Karena sejak tahun 1987 shalat tarawih dilaksanakan di rumah jamaah. Seingat saya tiga kali pindah tempat dari rumah jamaah satu ke rumah jamaah lainnya,” ungkap Ustadz Faiz—panggilannya—kepada PWMU.CO.
Kepala SD Muhammadiyah Manyar Gresik itu menjelaskan, keinginan memiliki mushala itu sebenarnya hil yang mustahal, mengingat warga Muhammadiyah di desa tersebut hanya terdiri dari enam kepala keluarga (KK) jamaah yang aktif dan dua KK jamaah pasif.
“Ketika ada kesempatan mau beli kaplingan, kita cari pinjaman. Akhir tahun 2010 dibeli seharga Rp 25,2 juta dengan luas tanah 8 x 21 meter,” jelas dia.
Setelah itu, Ustadz Faiz melanjutkan, mulailah PRM Tanggulrejo membuat proposal dan mencari dana agar mushala bisa didirikan. “Hal ini dilakukan karena melihat kemampuan ekonomi masyarakat sekitar sehingga harus mencari donatur,” kata dia sambil menerangkan bahwa sumbangan pertama datang dari jamaah Masjid At Taqwa Perumahan Pongangan Indah (PPI) Manyar, Gresik.
“Waktu itu disumbang Rp 9,1 juta. Kami belikan tanah untuk nguruk lahan yang menghabiskan 36 truk urukan,” ujarnya dengan semangat.
Faiz menjelaskan, setelah diuruk, tanah dibiarkan supaya kuat dan stabil. “Barulah di awal tahun 2015 saat mendapatkan infak Rp 10 juta dari seorang donatur di Surabaya, pengurus mulai memikirkan pembangunannya,” ungkapnya.
Dia menambahkan, pikiran utama saya waktu itu adalah kita harus cari dana dari luar jamaah di PRM Tanggulrejo agar mushala bisa di bangun.
Maka, kotak infak sebanyak 10 buah pun disiapkan di setiap rumah. “Semangat membangun harus kuat meskipun tanpa dana belum pasti,” ucap Ustadz Faiz.
Dia melanjutkan, dengan dana yang terus berdatangan dana dari donatur maka mushala mulai dibangun dengan melibatkan tiga tukang batu plus pembantunya.
Kegigihan panitia untuk menyelesaikan pembangunan mushala dengan rencana anggaran biaya Rp 987 jut—hampir Rp 1 miliar—menuai dukungan dari berbegai pihak. Selain masyarakat sekitar ada donatur yang berasal dari Jawa Tengah, Jakarta, dan Lampung.
Ayah dari tiga putri ini menceritakan, sering terjadi kejadian di luar kemampuan nalar saat proses pembangunan berlangsung. Misalnya tiba-tiba ada yang datang menyerahkan uang sebesar Rp 10 juta.
“Ada saja bantuan yang datang jika kita mau bergerak, meskipun terkadang kita malu meminta terus,” ujarnya. Dia menyampaikan, bantuan tidak hanya datang dari warga muhammadiyah. “Warga NU di sekitar mushala juga memberikan bantuan. Baik berupa uang ataupun konsumsi untuk tukang,” tuturnya.
Diresmikannya mushala itu membuat Ustdaz Faiz dan panitia lainnya lega. Pasalnya saat memulai membangun, sebagain warga di sekitar mushala mencibir pembangunan itu. “Mereka meragukan, apa bisa membangun jika yang mengurusi, orangnya hanya itu saja,” cerita dia.
Bahkan saat menjelang peresmian itu masih ada saja yang mencibir. “Nggak mungkin bisa membangun seperti ini kalau nggak ada yang menanggung,” ucap Faiz menirukan komentar warga.
Tapi peresmian Mushala Al Azhar yang dilakukan bersamaan dengan Pengajian Triwulan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Manyar itu menjadi saksi, bahwa hasil tak pernah menghianati proses.
Namun, pekerjaan belum selesai. Seperti yang diutarakan Saad Ibrahim saat peresmian. “Setelah mendirikan Mushala ini, Ranting harus mendirikan sekolah. Itu ada tanah yang kosong!”, kata Saad sambil menunjuk tanah di depan tambak sekitar mushala Al Azhar. “Silahkan bangun sekolah TK di sana!”
“Perintah” Ketua PWM Jatim itu direspon hadirin dengan tepuk tangan meriah. “Saya instruksikan segera rapat dan dirikan sekolah di sana,” pinta Saad.
Masih sedikit, kata Saad, yang kita lakukan untuk Muhammadiyah. “Tidak boleh tidur nyenyak. Teruslah berfikir untuk Muhammadiyah. Karena saya yakin Bapak-Ibu yang hadir di sini, semua orang baik dan pasti terus berfikir keras untuk Muhammadiyah,” pesan Saad.
Siap Pak! (Anik/Musyrifah)