PWMU.CO-Etos kerja civitas akademika SD Aisyiyah 1 Nganjuk patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, suasana liburan Hari Raya Idul Fitri dan liburan akhir tahun semester genap ternyata tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus beraktivitas mengembangkan diri. Para dewan guru SD Aisyiyah 1 Nganjuk tetap bersemangat masuk sekolah untuk mengikuti Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan Kurikulum 2013, Senin (25/06/2018). *
Hebatnya, kegiatan pelatihan sebagai upgrading kompetensi guru dalam mendidik ini sebenarnya dimulai pukul 08.30 Wib, namun para dewan guru sudah bergegas menuju lokasi lantai 2 kelas 5 B SD Aisyiyah lebih awal. Mereka sudah memenuhi ruangan, padahal acara belum dimulai. Tepat pukul 08.30 Wib, acara dimulai. Semua peserta dan yang hadir serentak menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Sang Surya dipandu Yuniani, S.Pd. Setelah itu, sambutan acara pelatihan disampaikan Kepala SD Aisyiyah 1 Nganjuk, Aris Nasution, SE.
“Peningkatan kompetensi guru perlu terus dilakukan untuk mengimbangi perkembangan teknologi di abad 21 ini,” pesan Aris Nasution dalam sambutannya, dilanjut sambutan dari Kepala Dinas Pendidikan Dasar dan Menengah Nganjuk, Gondo Haryono sekaligus membuka secara resmi.
Selain Gondo Haryono, kegatan tersebut juga dihadiri sejumlah tokoh yang memang datang sekaligus menjadi pemnateri. Di antaranya adalah Kepala Dikpora Nganjuk, Hadi Sukamto, Pengawas Sekolah Ahmad Shodiq, M.Pd, dan Sunardi, M.Pd (Pengawas Sekolah). Tidak ketinggalan, hadir pula staf ahli Dinas Dikpora Nganjuk, Widyasti, serta Ketua Majelis Dikdasmen Aisyiyah Nganjuk.Sulistiyawati, S.Pd.
Kegiatan pelatihan kurikulum 2013 dimulai dengan pemateri perdana Hadi Sukamto. Kepala Dikpora Nganjuk ini membawakan materi tentang perkembangan sejarah kurikulum di Indonesia sampai di era ini abad 21. Hadi menyampaikan bahwa kurikulum yang diberlakukan adalah kurikulum 2013. Disampaikan juga bahwa kurikulum seringkali berubah karena menyesuaikan dengan perubahan zaman.
“Di abad 21 ini, perkembangan teknologi sudah semakin pesat. Jadi, kurikulum juga harus selaras dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi,” tegas Hadi.
Salah satu tolok ukurnya, lanjut dia, adalah inovasi, kreativitas, dan karakter siswa makin maju. Guru hanya sebagai fasilitator dalam pengelolaan kelas. Guru hanya memancing siswa untuk lebih aktif menggali data dan sumber belajar yang lain selain buku, bisa melalui media cetak, atau media elektronik untuk menemukan sebuah konsep baru yang nanti bisa diamati, diteliti dan diimplementasikan dalam bentuk proyek kerja atau produk baru.
“Oleh karena itu, Kurikulum 2013 lebih mengedepankan kreativitas dan inovasi siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan siswa terhadap sebuah ilmu yang nantinya bisa muncul konsep dan produk pengetahuan yang baru,” terang dia.
Setelah rehat sejenak, materi dilanjutkan dengan tema Pembinaan Penguatan Karakter (PPK) yang disajikan Ahmad Shodiq. Dikatakan Ahmad Shodiq bahwa di Kurikulum 2013, penguatan karakter sangat ditekankan. “Ada 5 karakter yang dikembangkan,” tutur Ahmad Shodiq.
Kelima karakter itu, lanjut dia, adalah karakter religiusnya, karakter nasionalismenya, karakter kemandiriannya, karakter gotong-royongnya, dan karakter integritasnya atau kejujurannya. “Jadi, untuk apa cerdas, jika karakter yang baik tidak muncul dan membudaya di diri para siswa sehingga nanti muncullah para pemimpin cerdas tetapi korupsi, bermental pembohong dan lain-lain. Betapa itu sangat memprihatinkan bagi bangsa ini,” tutur dia.
Usai istirahat, makan siang dan sholat dhuhur berjamaah, dilanjutkan dengan materi tentang pentingnya literasi dalam peningkatan kompetensi guru. Materi ini disajikan Pengawas Sekolah Sunardi, M.Pd. Kepada peserta pelatihan, Sunardi menyampaikan bahwa dalam Kurikulum 2013 ini, literasi bisa diartikan kegiatan mendengar, membaca dan menulis. Hal ini termasuk bentuk komunikasi baik lisan atau tulisan. “Kurangnya peningkatan literasi pada diri guru akan bisa berimbas pada kemunduran perkembangan kemajuan para siswa dalam berilmu pengetahuan dan pengimplementasian ilmunya,” kata Sunardi.
Dampaknya, lanjut dia, siswa cenderung buta informasi dan teknologi yang semakin berkembang ini karena siswa kurang mendengar, kurang membaca dan kurang menulis. Maka dari itu, tambah dia, peranan Perpustakaan Sekolah perlu ditingkatkan fungsinya sebagai pusat sumber belajar yaitu dengan melengkapi jumlah koleksi buku, DVD pembelajaran, alat peraga pembelajaran dan segala hal yang menunjang kegiatan literasi sekolah.
“Para guru bisa mengemas sebuah kegiatan menarik untuk menarik minat baca dan menulis untuk siswa sehingga budaya berliterasi ini semakin mempertajam informasi dan pengetahuan para siswa,” saran dia.
Di akhir tiap-tiap materi pelatihan, Kepala SD Aisyiyah 1 Nganjuk, Aris Nasution, SE memberikan kenang-kenangan cinderamata sebagai rasa terima kasih kepada para pemateri pelatihan ini. Sekitar pukul 15.00 wib, acara ditutup dengan ramah tamah dan foto bersama.(Lukman Alip Anugerah)