PWMU.CO-Cara gampang mengenalkan Muhammadiyah di luar negeri adalah menunjukkan tokoh anggota persyarikatan yang dikenal luas di sebuah negara baru kemudian bercerita kiprah dakwahnya.
Hal itu disampaikan Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia Dr Sonny Zulhuda saat halal bihalal di Desa Sumuran Paciran Lamongan, Kamis (28/6/2018).
”Orang Malaysia itu tidak banyak tahu apa itu Muhammadiyah dan siapa itu Muhammadiyah,” kata Sonny. ”Lalu saya tunjukkan tokoh yang terkenal di Malaysia yaitu almarhum Buya Hamka, baru mereka paham,” tutur dosen Universitas Islam Antar Bangsa Malaysia ini.
Hasil dari pengenalan seperti ini, sambung dia, salah satu anggota parlemen Malaysia menghubungi PCIM minta izin mendirikan rumah baca Buya Hamka. ”Kemudian saya hubungkan dia dengan keluarga Buya Hamka juga Universitas Buya Hamka di Jakarta untuk menggali informasi, mengumpulkan buku buku karya Buya Hamka. Alhamdulillah, sekarang sudah berdiri rumah baca Buya Hamka di Sungai Besar Selangor,” katanya.
Dalam safari dakwahnya yang terakhir di Jawa Timur ini, dia bercerita, warga Sumuran ini punya andil besar mengembangkan dakwah Muhamamdiyah di Malaysia. ”Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) Ampang berdiri tahun 2017. Motor penggeraknya Bapak dan Ibu Ali Fauzi asli warga Sumuran,” tandasnya.
”Tadi pagi saya ke rumah beliau dan subhanallah saya lihat di rumahnya ada lambang Muhammadiyah. Dalam hati saya berbicara, ini kader tulen Muhammadiyah,” papar Sonny yang disambut tepuk tangan hadirin.
Sonny memaparkan, dalam berorganisasi yang pertama kali harus kita lakukan adalah bergerak. Bergerak dengan mengenali satu sama lain kemudian saling memahami. Itulah fungsi dalam berorganisasi.
”Berkat militansi kawan-kawan PRIM se-Malaysia kami punya satu amal usaha yang kami beri nama Rumah Dakwah. Di tempat itulah sering muncul ide-ide dari kawan-kawan untuk mengembangkan dakwah persyarikatan ini,” ujarnya.
Dia menerangkan, setelah terbentuknya PRIM dan PRIA se-Malaysia, dia mencetuskan empat dasar untuk menyatukan ranting Muhammadiyah Malaysia ini. ”PCIM menciptakan slogan TKI Berkemajuan,” katanya.
Empat dasar kerja dakwah PCIM itu, ungkap Sonny, pertama adalah niat Jihad fiisabilillah.”Niat ini penting. Dengan niat keluar dari rumah meninggalkan anak istri untuk mencari nafkah insyaa Allah rezeki itu ada saja asal mau berusaha. Jika kita mati insyaa Allah mati syahid,” tegasnya.
Kedua, TKI Berkemajuan itu seimbang antara bekerja dan beribadah. ”Kita wajib memberi support buat PRIM dan PRIA se-Malaysia. Meskipun Senin sampai Jumat bekerja namun Sabtu-Ahad kami ajak kumpul mengaji, mereka selalu datang. Ini kalau tidak seimbang antara aktivitas bekerja dan beribadah saya yakin PRIM dan PRIA tidak akan terbentuk,” tandasnya.
Ketiga, seimbang antara kesalehan individu dan kesalehan sosial. Hal ini sudah teruji melalui persyarikatan Muhammadiyah oleh kawan-kawan PRIM dan PRIA. Sonny bercerita, Rumah Dakwah PCIM merupakan rumah kontrak yang disewa. Kemudian direnovasi dengan cara gotong-royong. Ada yang menyumbang kayu, genteng, semen, akhirnya jadilah rumah itu sebagai sekretariat tempat kumpul PRIM dan PRIA se-Malaysia.
Terakhir keempat, TKI berkemajuan adalah keilmuan. Tanpa ilmu, ujar Sonny, pekerjaan itu membahayakan diri kita. Konsep yang ditanamkan adalah pembelajaran sepanjang hayat. Dalam satu riwayat disebutkan, barang siapa yang ingin bahagia dunia maka harus punya ilmu, bahagia akhirat juga dengan ilmu dan barangsiapa yang ingin keduanya maka harus dengan ilmu.
Usai dari Sumuran, Jumat (29/6/2018),Sonny menuju Jakarta. Di sana dia bersama anak-istrinya menginap tiga hari menjumpai sanak keluarganya. ”Usai di Jakarta kemudian ke Malaysia, kami minta doa semoga perjalanan kami sekeluarga selalu dalam lindungan Allah sehingga kita dapat bertemu lagi di Malaysia,” katanya. (Raden Syahid)