PWMU.CO – Hati manusia berbeda-beda tingkatannya, sehingga memiliki pengaruh yang berbeda-beda kepada manusia. Ada hati yang menuntun kepada kebenaran, ada yang menuntun pada hal yang tidak baik, tetapi ada hati yang tak punya pengaruh apa-apa.
Demikian disampaikan Aunur Rofiq MSi mengawali kajian Ba’da Subuh di masjid An-Nur, Ahad (8/9). “Ada tiga tingkatan posisi hati manusia, yaitu qalbun saliim, qalbun maridl, dan qalbun mayyit,” terangnya.
Pertama adalah qalbun salim, hati yang selamat dan menyelamatkan. Hati yang bening, hati yang bisa menerima kebenaran. Hati ini hanya memiliki satu tujuan, yaitu hidup hanya untuk Allah semata-mata. “Manhaj hidupnya adalah Islam, sehingga semua perilaku selama hidupnya dalam tuntutan Allah. Semua sesuai skenario Allah dalam al-Quran dan as-sunnah,” papar pria yang menjabat Kepala SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (Musasi) itu.
Kedua adalah qalbun maridl, hati yang sakit, hati yang diliputi perasaan gundah gulana. Tidak mau melaksanakan kebaikan, cenderung pada kemungkaran. “Sakit jika melihat orang lain berbuat kebaikan, hatinya tak nyaman, galau,” tambah guru Fisika ini.
Ketiga adalah qalbun mayyit, hati yang mati, hati yang tidak memancarkan kebenaran. Tidak mempan oleh petuah, nasehat, atau petunjuk lainnya. “Hati kalau sudah mati mau diapakan saja susah, namanya juga sudah mati,” lanjut bapak dua anak ini.
Untuk memperoleh qalbun salim, hati yang selamat, jelas Aunur, harus banyak membaca al-Quran. Ada tiga tingkatan orang dalam membaca al-qur’an. Pertama dia mendapat hudan atau petunjuk. Petunjuk apa saja dari al-Quran bisa didapatkan. “Kedua mendapatkan bayyinati minal hudan, mendapat penjelasan dari petunjuk yang ia dapatkan,” jelasnya.
Ketiga adalah mendapatkan walfurqon, pembeda. Ini akan membedakan kualitas orang. “Pagi subuh begini, hawa dingin, lebih enak kalau tidur. Daripada pergi ke masjid, sudah jauh, ngantuk, dingin lagi. Ini bedanya dengan orang yang mendapat hudan, bayyinati walhuda walfurqon. Ia akan melawan rasa dingin, rasa kantuk, jauh, hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah,” bebernya.
Bagaimana dengan hati Anda? (R6)