PWMU.CO – Tumplek blek. Ratusan ibu-ibu memenuhi Masjid At Taqwa Desa Karangsemanding, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Jumat (5/10/18). Seluruh ruang, teras, dan halaman masjid sisi timur, utara, dan selatan penuh oleh jamaah yang mayoritas mengenakan baju nernuansa kuning-hijau.
Uniknya, meski bernama Pengajian Aisyiyah Cabang Balongpanggang, tapi hadir pula jamaah dari Muslimat NU dan Fatayat NU.
“Saya lihat di Karangsemanding ini sangat kompak sekali. Ini pengajian Aisyiyah tapi ibu-ibu Muslimat dan Fatayat juga ikut hadir. kerukunan seperti ini yang harus selalu dijaga,” puji Nugraha Hadi Kusuma yang didaulat menjadi penceramah dalam pengajian bertema Menjadi Insan Yang Bertaqwa itu.
Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur itu menyampaikan, Karangsemanding tidak bisa dilepaskan dari sejarah bangsa.
Menurutnya sejak tahun 1953 Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama (NU) di desa ini selalu bersama-sama menjaga kerukunan umat dan keamanan bangsa dengan melakukan perlawanan pada PKI.
“Melalui Masyumi, Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama bersama-sama melawan PKI sejak tahun 1953,” jelas Nugraha.
Untuk itu, lanjutnya, hendaknya semua pihak harus selalu menjaga kekompakan ini. Jangan mudah diadu domba oleh mereka yang menginginkan umat Islam terpecah-belah,” pesannya.
Menurut Nugraha, kasus kebohongan Ratna Sarumpaet sengaja dibuat untuk memecah belah umat Islam. “Untuk itu kita harus tetap siaga dengan memperkuat iman dan jangan sampai tergoda dengan iming-iming apapun dalam menentukan pemimpin kita nanti,” tegasnya.
Dia juga menegaskan, kalau ada wali kota, bupati, atau anggota dewan yang tidak bisa mengayomi dan memberi kemanfaatan untuk kebaikan masyarakat, maka nanti jangan dipilih lagi.
Pria yang tinggal di Kota Malang ini menyampaikan tiga kriteria yang harus dimiliki oleh seseorang untuk menjadi pemimpin.
Pertama, tauhidnya jelas. “Orang yang mempunyai tauhid yang kuat adalah mereka yang tidak main syirik. Sekarang ini harus hati-hati. Dulu sesajen itu ditaruh di pohon-pohon besar atau di perempatan jalan. Tapi saat ini sesajen itu sudah pindah di kantor-kantor. Banyak orang harus naruh sesajen 20 persen dari nilai proyek untuk dapat proyek,” terangnya.
Jadi, tambahnya, demitnya sekarang itu pindah ke pendopo, gedung negara, bahkan ke istana negara,” ujar Nugraha yang disambut geerrr hadirin.
“Ciri pemimpin yang kedua mempunyai solidaritas sesama muslim,” kata dia sambil mengutip hadits riwayat Bukhari Muslim: ” Perumpamaan orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasa sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya.”
Ketiga, lanjutnya, seorang yang mampu memberikan manfaat pada sesama. “Tidak dikatakan seorang pemimpin, mereka yang hanya memikirkan diri dan kerabat mereka saja. Tidak dikatakan pemimpin mereka yang hanya sibuk memperkaya dirinya sendiri,” ungkapnya.
Di akhir ceramahnya, Nugraha mengingatkan jamaah untuk bisa mengambil pelajaran dari peristiwa bencana alam di Lombok, Palu, Donggala, dan Sigi. “Bencana itu hendaknya kita jadikan pelajaran agar kita bermuhasabah dan lebih dekat lagi dengan Allah,” pesannya. (Uzlifah)
Discussion about this post