PWMU.CO-“Saya sengaja tidak pakai kopiah karena diminta menyampaikan orasi kebudayaan, bukan orasi keagamaan ataupun orasi politik.”
Hal itu dikatakan Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari saat ceramah milad Muhammadiyah yang digelar PWM Jatim di At Tauhid Tower UMSurabaya, Ahad (18/11/2018).
Budaya, sambung dia, biasanya dipakai orang Indonesia untuk menerjemahkan kata culture. Culture berasal dari kata colare, bahasa Latin, berarti mengolah tanah. Maknanya mengolah alam untuk mempertahankan kehidupan.
“Karena hidup di sebuah negara yg sangat dingin, orang Barat mengolah alam seperti membuat baju tebal untuk melindungi dari kematian karena kedinginan,” terang Hajri yang diangkat jadi Dubes Lebanon.
Tubuh manusia juga perlu kekuatan yang diperoleh dari makanan. Di Eropa ketika sangat dingin, perlu makan daging dan minum susu sehingga kuat menghadapi alam.
“Maka timbul kebudayaan makanan atau antropologi makanan karena pengaruh alam,” tegasnya.
Sementara di Indonesia, makanan tidak perlu bermutu tinggi sudah bisa hidup sebab alamnya bersahabat.
“Makan nasi dengan gereh teri, atau garam sudah bisa hidup. Bahkan ada yang makan mi instant bisa hidup atau bertahan hidup,” papar Hajri yang kembali disambut ger-geran hadirin.
Cuaca sangat dingin juga perlu rumah yg sangat rapat. Di Eropa tunawisma problem yang sangat serius karena bisa menyebabkan mati kedinginan. Ini bisa jadi skandal bagi pemerintah.
“Maka pemerintah di Eropa tidak membiarkan tunawisma, dengan mengadakan sistem jaminan sosial. Pengangguran mendapatkan gaji cukup untuk makan 3 kali sehari selama 30 hari dan menyewakan apartemen,” ungkap mantan Wakil Ketua MPR RI itu.
Di Indonesia tidak perlu terjadi seperti itu, rakyatnya tidak punya rumah, tidak makan seminggu tidak mati.
“Orang-orang yang tinggal di bantaran rel kereta api tidak mati. Bahkan menghasilkan banyak anak. Pemerintah sangat ditolong oleh alam,” hadirinpun lagi-lagi dibuat tertawa oleh Hajri.
Indonesis juga di tolong oleh sistem kekeluargaan. Di barat menganut sistem nuclear family atau keluarga inti, yakni bapak, ibu dan anak.
Sementara di Indonesia menganut sistem extended family atau keluarga besar. Selain bapak, ibu dan anak, juga ada pakde, bude, paklik, bulik.
“Pak Rektor UMM gak mungkin keponakannya gak sekolah, bisa malu beliau,” canda Hajri.
Indonesia juga banyak ditolong agama. Di Islam ada zakat, infak dan sedekah. Di Kristen juga ada semacam sumbangan yang dikumpulkan oleh gereja. “Maka sebetulnya bukan hanya alam dan kultur, tetapi agama juga sangat memengaruhi kehidupan manusia. Agama sangat menentukan kebudayaan,” tegas Hajri. (Sugiran)