PWMU.CO – “Mengapa sepedanya dituntun Bu?” tanya PWMU.CO kepada salah seorang pengendara motor bernama Mariatun yang lewat di ujung Kampung Kauman Kelurahan Ngupasan Kecamatan Gondomanan Yogyakarta, Ahad (16/12/18).
“Tidak apa-apa Bu, memang harus dituntun. Tidak boleh dinaiki,” jawab Mariatun salah satu warga yang sudah lama tinggal Kampung Kauman hampir 24 tahun.
Atun—panggilan akrab—kesehariannya bekerja sebagai buruh swasta salah satu perusahaan di Kota Yogyakarta, harus menuntun sepedanya ketika masuk Kampung Kauman. “Ini sudah peraturan sejak lama di Kampung Kauman,” jelas istri M. Eko Hariyanto ini.
Kepada PWMU.CO, Atun menyampaikan setiap warga Kampung Kauman atau pendatang yang naik motor harus mematikan mesin dan menuntunnya sampai tujuan. “Ini sudah peraturan dan harus ditaati, demi menjaga ketenangan suara dan kesopanan. Alhamdulillah warga tidak ada yang protes,”tegas Atun.
Dia menuturkan, jika ada pendatang atau tamu yang datang untuk tapak tilas sejarah Muhammadiyah di rumah KH Ahmad Dahlan menggunakan mobil maka bisa diparkir di halaman Masjid Gedhe dengan syarat harus rapi dan tertib.
Kampung Kauman dikenal yang tenang dan damai, jauh dari keramaian dan kebisingan. Jika ada yang ingin memutar musik, sebelum ada kumandang adzan harus segera dimatikan.
Di setiap teras rumah warga terdapat bunga-bunga untuk menambah kesejukan. Sehingga membuat pengunjung merasa senang.
Setiap lorong-lorong kampung untuk menuju rumah KH. Ahmad Dahlan tanpa suara bising. Dan yang paling menyenangkan adalah di sepanjang jalan kampung tidak terlihat sampah sedikit pun. (Musrifah)