PWMU.CO-Tiba waktunya Yura Shimizu, guru tamu asal Jepang yang mengajar di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya (Smamda), kembali ke kampung halamannya di Osaka.
Diantar siswa kelas X MIPA 1 Bima Surya Saputra, Wakil Kepala Bidang Sarana Prasarana Mukhlasin ST MPd, Fasilitator Program Internasional Mas’ad Fachir MMT, dan Ratna Yuliawati SSi staf kurikulum, Yura bergegas menuju Bandara Internasional Juanda pukul 06.30, Ahad (24/3/2019).
Yura adalah peserta AIESEC Exchange Participant, organisasi dunia yang menangani pertukaran pendidikan dan budaya untuk generasi muda.
Jumat (22/3/2019) lalu pesta perpisahan untuk Yura telah digelar di Rumah Makan Padang di Jalan Raya Kertajaya Indah. Acara dihadiri Kepala Sekolah Astajab SPd MM, Wakasek Bidang Ismuba Drs Sulaiman MA, Wakasek Bidang Humas Tanti Puspitorini SS, dan siswa Bima Surya Samudra.
Dia mengajar selama 1,5 bulan di sekolah ini. Namun banyak kesan dia dapatkan. Ia bisa menikmati menjadi guru di sini. ”I really enjoy my staying in Smamda for about six weeks,” kata pria 20 tahun ini.
”Teachers, staffs and students are very friendly, they always greet me when I meet them,” sambungnya. Dia terkesan siswa-siswi sangat aktif ketika belajar. Suka bertanya. Hubungan antara siswa dan guru dekat. Tidak seperti guru dan siswa di Jepang.
Ia juga takjub bagaimana agama Islam bisa diterapkan di sekolah. Ia melihat nilai-nilai Islam selalu tampak pada setiap kegiatan pembelajaran. Terlebih pada pelaksanaan shalat Duhur dan Ashar berjamaah.
Penggemar rendang ini mengatakan, orang Indonesia dilihatnya bisa menikmati hidup. Tidak seperti orang Jepang yang selalu sibuk bekerja. ”Indonesian people can enjoy their life, unlike the Japanese who are always busy working,” tuturnya. Ia melihat guru-guru masih mengobrol di waktu luang, makan bersama dengan teman, dan berdiskusi tentang materi pelajaran.
Soal host family tempat dia tinggal, Yura mengaku tidak bisa melupakan moment pertama kali bertemu dengan keluarga Bima. ”I will never forget the time when I met my host family for the first time,” kisahnya.
Terutama Ibu Tuning, ibunda Bima, yang selalu memasak masakan kesukaannya, rendang. Ia seperti mempunyai keluarga baru di Surabaya. Ayah Bima juga memberikan perhatian. Seperti membelikannya baju renang. Begitu juga dengan Bima. Ia menganggap seperti saudaranya sendiri.
Ketika pertama kali mencicipi es apukat, dia langsung sangat menyukainya dan tak bisa melupakan rasa nikmat es itu. Juga ketika diajak ke rumah nenek Bima dan mencicipi buah srikaya yang menurutnya sensasional.
Bima juga punya kesan dengan saudara barunya. ”Saya bisa belajar disiplin dari Yura,” ungkap Bima. Ketika Yura mempunyai janji atau akan berangkat ke sekolah dia sangat on time. ”Itu patut dicontoh,” kata siswa yang hobi fotografi ini.
Di acara farewell party, Yura menyampaikan kepada Astajab, ingin membantu menghubungkan dengan Yasufuruichi High School di Hiroshima. Itu sekolahnya semasa SMA. ”I know that Smamda has many sister schools. I would like to connect Smamda with my senior high school. So Smamda has one more sister school in Japan,” tutur mahasiswa jurusan sastra Indonesia ini.
Astajab menyambut positif rencana Yura. ”Kami juga segera menyiapkan proposal kerja sama,” terang Astajab. Yura mengatakan, sekolahnya juga memiliki sister school dengan sekolah di Australia, sama seperti Smamda.
”I have told my teachers about this plan, they would like to have video call after sending the proposal,” tegasnya. Ia sudah menyampaikan kepada gurunya tentang hal ini. Mereka menginginkan adanya video call setelah pengiriman proposal.
Di akhir acara Astajab, mengucapkan terima kasih banyak kepada Yura atas kesediaannya mengajar bahasa dan budaya Jepang di Smamda. Ia juga berharap rencana untuk penambahan sister school dengan Yasufuruichi High School akan berjalan lancar. See you soon In Japan Yura! (Tanti Puspitorini)