
Ustadz Anang Misbahul Munir mengisi pengajian Isra Mikraj di Masjid Al Jihad.
PWMU.CO –Ada misteri Isra Mikraj Nabi Muhammad saw yang menarik dan mengasyikan dibahas. Yaitu buraq dan perjalanan singkat semalam dalam jarak yang jauh.
Ustadz Anang Misbahul Munir ST mengupas misteri itu dalam pengajian Isra Mikraj di Masjid Al Jihad Perumahan Balai Pertiwi (BP) Kulon Gresik, Sabtu (6/4/2019). Acara ini diadakan oleh RW 08 Kelurahan Sidokumpul.
Isra Mikraj, kata Ustadz Anang, perjalanan Rasulullah yang ditempuh selama satu malam. Jaraknya 1.238 km ditempuh dalam 1 jam 15 menit. Dimulai dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjid Al Aqsa di Jeussalem. Dilanjutkan ke Sidratul Muntaha, langit ketujuh. Mengendarai buraq. ”Peristiwa ini terjadi 27 Rajab 12 H. Sekitar tahun kematian Abu Tholib,” katanya.
Menurut penjelasan Nabi dalam hadits, sambung dia, perjalanan itunaik buraq. Tunggangan ini diceritakan semacam hewan. Bentuk dan sifat buroq seperti binatang tunggangan. Bertubuh panjang. Ukurannya lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal. Berwarna putih. Langkah kakinya, sejauh ujung pandangannya. Bisa diikat sebagaimana layaknya hewan tunggangan. ”Perkataan yang keluar dari Nabi Muhammad itu yang harus kita percayai,” tuturnya.
Dia menerangkan, jika Nabi berangkat kira-kira pukul 20.00, lalu pulang sekitar pukul 04.00 maka total lama travelling ini 8 jam. Acara Nabi di tempat yang dikunjungi 4 jam.
Kemudian dia mulai pakai hitungan rumus perjalanan itu dikaitkan dengan kecepatan cahaya. Jika kecepatan cahaya 300.000 km/detik maka jarak yang ditempuh Nabi 4 x 60 x 60 x 300.000 sama dengan 4.320.000.000 km.
”Jarak Neptunus-Bumi itu 4.450.000.000 km. Kalau buraq itu sama dengan kecepatan cahaya. Berarti perjalanan itu tidak sampai Neptunus. Kurang 130.000.000 km,” katanya.
Ustad Anang yang juga ketua Tadjid Center Muhammadiyah Jawa Timur menjelaskan, di tengah perjalanan malaikat Jibril menawarkan dua jenis minuman yakni susu dan khamer. Nabi Muhammad memilih susu. ” Malaikat Jibril mengatakan kepada Nabi Muhammad, sungguh engkau telah memilih kesucian.”
Perjalanan ke langit pertama, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Adam. Ditunjukkan para ahli neraka dan ahli surga.
Di langit kedua Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Isa dan Nabi Yahya. Digambarkan Nabi Isa berkulit putih, rambutnya berminyak seolah baru mandi. Tidak tinggi dan tidak pendek dan mengatakan, Selamat datang wahai saudaraku yang saleh.
Di langit ketiga Nabi Muhammad bertemu Nabi Yusuf, laki-laki yang diberi setengah kegagahan dunia. Di langit keempat Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Idris. Nabi yang ditinggikan derajatnya oleh Allah. Kemudian berkata, Selamat datang wahai Nabi dan saudaraku yang saleh.
Di langit kelima Nabi Muhammad bertemu Nabi Harun yang juga menyapa, selamat bertemu wahai Nabi dan saudaraku yang saleh.
Di langit keenam Nabi Muhammad bertemu Nabi Musa yang berkulit hitam badannya agak kurus dan tinggi juga berkata, selamat datang wahai Nabi dan saudaraku yag saleh.
Di langit ketujuh terdapat Baitul Makmur, tempat thowaf malaikat. Setiap hari tedapat 70.000 malaikat yang thowaf kemudian tidak kembali lagi. Di Baitul Makmur ada orang tua yang bersandar yaitu Nabi Ibrahim. Kemudian berkata, selamat datang anakku yang saleh.
Naik ke Sidrotul Muntaha. Tak bisa digambarkan indahnya dihiasi daun-daun sebesar kuping gajah yang dihiasi perhiasan. Jibril berubah terlihat dalam wujud aslinya.
Ustad Anang yang juga pengajar di Masjid Al Falah Surabaya melanjutkan, banyak yang tidak percaya dengan cerita Nabi Muhammad. Seperti Abu Jahal. Dia memanggil Abu Bakar Assidiq dan bertanya, Abu Bakar apakah kamu percaya dengan yang diceritakan Muhammad?
Abu Bakar langsung menjawab yakin, ”Saya percaya dengan apa yang dikatakan Muhammad karena apa yang dikeluarkan dari mulut Muhammad itu yang harus kita percaya. Karena Muhammad adalah Rasul Allah yang jujur dan tidak pernah berbohong.”
Ustadz Anang melanjutkan cerita, perjalanan Nabi Muhammad membawa oleh-oleh perintah shalat sebanyak lima puluh kali dalam sehari. Namun dalam perjalanan, Nabi SAW merasa berat apakah umatnya mampu melaksanakan shalat sebanyak itu. Setelah tawar menawar akhirnya menjadi lima kali sehari.
Sebagai penutup, dia menambahkan, peristiwa tersebut mengingatkan kita bahwa shalat itu pertanda kita akan bertemu dengan Allah. Orang beriman akan mendatangi Allah. Betapa pentingnya shalat dengan mengingat kembali bagaimana perjalanan Nabi Muhammad yang memikirkan umatnya. (Ian Ianah)