PWMU.CO – Masyaakat yang sejak awal diletakkan dasarnya oleh Nabi Muhammad adalah masyarakat ilmiah. Ini yang ditunjukkan Nabi di Madinah yang menerangi Eropa yang masih dalam era kegelapan. Islam menerangi dunia tidak dengan senjata dan serdadu, tetapi dengan ulama dan kaum inteleknya dengan kekuatan ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Abdul Mu’ti MEd saat menjadi pemateri pada Kajian Ramadhan 1440 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (18/5/19).
Nabi membangun Madinah juga melalui kekuatan akhlak. Kekuatan akhlak Nabi-lah yang menjadikan Islam hebat. “Negara Madinah adalah negara yang melampaui zamannya saat itu. Nabi dengan bimbingan Alquran mengubah ego kelompok menjadi masyarakat yang maju,” ujar Mu’ti.
Masyarakat Madinah adalah majemuk multireligi, tetapi semua mendapat tempat yang sama. “Kalau kita baca Piagam Madinah maka di situ semua kabilah disebut dengan umat, tidak ada yang inklusif,” ujarnya.
Mu’ti menegaskan, sejarah menunjukkan Walisongo melakukan pendekatan persuasif dalam penyebaran Islam, di mana Islam ditampilkan sebagai agama yang mudah dan ramah. “Itu bagian dari membangun gerakan dan membangun citra Islam,” tegasnya.
Umat Islam saat ini citranya belum bergeser. Islam masih dianggap sebagai agama sang petarung. Gemar berperang antarsesama Muslim. “(Karena itu) Bagaimana menjadi agama yang berkeadaban harus segera dibangun,” ujarnya.
Maka, jihad yang dikembangkan Muhammadiyah adalah jihad yang kompetitif bukan konfrontatif. “Sejak dulu KH Ahmad Dahlan mengedepankan dialog bukan yang lain, termasuk dalam penentuan kiblat masjid, sehingga Muhammadiyah bisa berkembang,” ungkapnya.
Jadi khairu ummah itu sudah ada konsepnya. Tantangannya sekarang bagaiman mewujudkan khairu ummah di tingkat ranting, cabang, hingga pusat. “Jangan hanya slogan tapi harus diwujudkan dalam perbuatan,” tegas Mu’ti sekaligus mengakhiri ceramahnya. (Sugiran)
Discussion about this post