PWMU.CO–KH Nurbani Yusuf MSi bersyukur bisa hadir di Masjid At Taqwa Giri Gresik mengisi pengajian Ahad (17/11/2019). Begitu menginjakkan kakinya di halaman masjid di Jl. Sunan Prapen I/17 seakan terbuka lagi kenangannya 40 tahun silam di kampung ini.
Apalagi saat bertemu teman masa kecilnya. ”Allahu akbar, kita masih dipertemukan Allah, gimana kabarnya?” seru dosen UMM ini seraya memeluk erat sahabat kecilnya, Taubah Muid. Dua sahabat semasa kecil ini melepaskan rindunya setelah sekian lama tidak bertemu.
Di hadapan jamaah yang mengikuti pengajian Ketua PDM Kota batu ini mengatakan, punya kenangan di masa kecil di Giri ini 40 tahun lalu. ”Saat kecil saya sempat mandi di salah satu telaga peninggalan Sunan Giri,” katanya.
Baru kemudian dia berceramah tentang kecerdasan KH AR Fachruddin dalam berdakwah. ”Pak AR mengajarkan kepada kita untuk mengutamakan adab dahulu, baru ilmu kemudian,” ujarnya.
Dia bercerita, saat Pak AR mendapat undangan mengisi pengajian di Masjid At Taqwa Ponorogo, ternyata tidak diberitahu kalau Masjid At Taqwa di Kota reog itu ada dua. Satu Masjid Jamik At Taqwa milik NU dan Masjid At Taqwa milik Muhammadiyah.
Saat itu Pak AR datang di Masjid Jamik At Taqwa Ponorogo yang juga mengadakan pengajian menyambut maulid Nabi Muhammad saw. Tak ayal salah masjid ini membuat gusar Panitia Milad Muhammadiyah yang sudah menunggu di Masjid At Taqwa lainnya.
”Ternyata Pak AR disambut penuh hormat di sana. Saat Panitia Milad menyusul dan memintanya segera mengisi acara milad Muhammadiyah, beliau dengan arifnya meminta waktu dahulu di Masjid Jami’ itu,” kata Nurbani Yusuf.
Hebatnya lagi, lanjut Ketua MUI Kota Batu ini, Takmir Masjid Jamik meminta panitia milad menunda kegiatan keesokan harinya, agar malam itu Pak AR tetap mengisi pengajian di sini dan menjadi imam shalat tarawih.
Singkat cerita Pak AR menjadi imam shalat tarawih. Dengan adab yang dimilikinya Pak AR bertanya terlebih dahulu jumlah rakaat yang akan dilakukannya. ”Pripun bapak-bapak, kita shalat tarawih 23 rakaat nggih?” tanyanya. Semua jamaah mengiyakan dengan semangat.
Ternyata Pak AR mengimami shalat tarawih dengan tumakninah. Setiap rukun shalat dilakukan agak lama dan bacaan ayat Quran pelan-pelan. Ketika mencapai 8 rakaat, waktu sudah menunjukkan pukul 20.30. Padahal biasanya 23 rakaat sudah selesai pada pukul 19.30.
Pak AR kembali bertanya,”Dos pundi bapak-bapak, diterusaken taraweh nopo langsung witir?”
Di luar dugaan jamaah serempak menjawab,”Shalat witir mawon.” Jawab jamaah sambil tertawa.
”Malam itu Pak AR menunjukkan adabnya, bukan memaksakan shalat tarawih sesuai kenyakinannya, namun beliau mengikuti terlebih dahulu keinginan jamaah, dan akhirnya jamaahnya yang mengikuti cara shalat Pak AR,” kata Nurbani.
Dia menyampaikan pentingnya adab ini karena kejadian-kejadian saat ini yang begitu memprihatinkan. Seorang murid tak akan dapat manfaat ilmu jika tidak menghormati gurunya. Seorang anak tak akan dapat barokah dari harta yang didapatnya, manakala ia tidak menghormati orangtuanya.
Adab yang baik, lanjut Nurbani, telah diteladankan Nabi Muhammad saw diberbagai peristiwa dan keadaan, bahkan terhadap musuhnya.
Dia menukil ceramah KH Mustofa Bisri Rembang, Rais Syuriah PBNU, saat bersama-sama mengisi pengajian. Gus Mus saat itu ceramah tentang empat tipe manusia. ”Menurut Gus Mus, tipe pertama dholim. Orang yang didholimi sekali tapi balasnya lebih dari sekali,” katanya.
Tipe kedua, adil. Yaitu orang yang didholimi sekali, dibalasnya juga sekali. Tipe ketiga, ihsan. Orang yang didholimi tapi memaafkan kesalahan orang itu.
Tipe keempat, abror. Yaitu, orang yang didholimi, tapi tidak membalas, dimaafkan, dan memberi kebaikan berlebih kepada orang yang mendholiminya itu.
Menutup pengajiannya Nurbani berpesan, Muhammadiyah itu misinya mencerdaskan. Dalam pelaksanaanya pasti akan banyak dimusuhi, maka balas keburukan orang lain dengan dengan kebaikan yang berlebih dengan mengutamakan adab.
”Kita akan menjadi orang yang cerdas dalam menyikapi permasalahan sebagaimana dicontohkan Rasulullah dan KH Ahmad Dahlan,” tuturnya. (*)
Penulis Mahfudz Efendi Editor Sugeng Purwanto