Tuntut Ilmu hingga ke China oleh Nurbani Yusuf, pengasuh Komunitas Padhang Makhsyar Kota Batu.
PWMU.CO-Tuntut ilmu hingga negeri China, sesungguhnya menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Hadits ini banyak dimuat dalam kitab klasik riwayat dari Anas bin Malik menjadi hadits masyhur. Tapi sanadnya dhaif. Sumber dhaif dari rawi Abu Atikah Tarif bin Sulaiman. Matan hadits itu aslinya berbunyi utlubul ilma walau bi shin fa inna thalabul ilmi faridhatun ala kulli muslim.
Terlepas dari dhaifnya, ungkapan itu menunjukkan orang Arab di zaman Nabi Muhammad saw sudah mengenal negeri Shin, yang diartikan sebagai China. Apakah orang Arab mengenal China dari produknya seperti kain sutra yang disebut dalam beberapa hadits.
Ataukah orang Arab sudah berinteraksi dalam perdagangan sebab orang China dikenal petualang dan pedagang yang ulet dan pintar. Juga ahli membuat kapal, sarana transportasi laut yang bisa menjelajah hingga ke negeri jauh boleh jadi sudah mendarat di jazirah Arab.
Nabi Muhammad saat muda juga seorang pedagang. Ulet, jujur dan banyak relasi. Khadijah tertarik dan melamar Muhammad menjadikan salah satu pemasar barangnya. Bersama pamannya Abu Thalib, Muhammad berdagang hingga negeri Syam, sebuah pasar internasional kala itu. Tempat pedagang-pedagang besar dunia bertemu dan melakukan transaksi. Dari situlah bisa jadi Muhammad muda mengenal orang China.
Kita tahu bahwa peradaban China merupakan salah satu peradaban tua, mereka sudah mengenal kertas, tinta, kaligrafi, tekstil, seni, keramik, perhiasan, sastra, pertanian dan pertahanan. Juga dengan berbagai bendungan besar sebagai alat irigasi.
Tembok China juga sangat terkenal di samping peninggalan lainnya yang dibangun ribuan abad sebelum Masehi. Furnitur China juga terkenal amat bagus, kita juga familiar dengan kulinernya yang kaya rasa seperti bakso, bakmi, nasi goreng, cap cai, sampai bubur ayam.
Negara Eksporter
Kondisi ini berbeda dengan negeri-negeri Timur Tengah di zaman itu lebih dominan kehidupan seputar kekuasaan dan politik kesukuan yang dominan karena tak memproduk barang dagangan. Orang Arab memperoleh barang dari pasar Syam, di utara, dan Yaman di selatan.
China bagaimanapun lebih komplet memenuhi syarat sebagai peradaban modern. Karena itu ada ungkapan yang muncul menyuruh kita belajar dan menuntut ilmu kepada orang-orang China. Ketika peradaban seusianya kukut ditelan usia, China malah sebaliknya. Terus berkembang menguasai dunia, bukan saja peradabannya, tapi China Town (Pecinan-Kampung China) malah berkembang hampir di semua kota di dunia.
Belajar tentang bagaimana bertani, beternak, membuat tekstil, otomotif, software, yang sekarang sudah menguasai lebih separo pasar dunia. Juga bisa belajar tentang etos kerja, produktivitas, keberanian, bertani dan berdagang, bahkan termasuk belajar cara beranak pinak.
Dari semua produktivtasnya itu kini China menjadi negara pengekspor terbesar dunia menyalip Amerika Serikat hingga membuat Donald Trump sewot dalam perang dagang dunia.
Indonesia pun sekarang sudah banyak belajar ke China. Bahkan Presiden Jokowi mengundang mereka datang berbondong-bondong ke negeri ini. Karena itu kini ungkapan tuntut ilmu hingga ke negeri China perlu ditinjau lagi. La opo susah-susah budal nang Cino, la wong Cinone wis uakeh nang kene!
Editor Sugeng Purwanto