Menyayangi Pak Mahfud oleh Ali Murtadlo, jurnalis di Surabaya.
PWMU.CO-Ady Amar, pemerhati masalah-masalah sosial, menulis soal Mahfud MD yang dimuat di PWMU.CO, Ahad 8 November kemarin. Judulnya menarik: Banyak Istighfar, Pak Mahfud. Ady menyesalkan sekelas Mahfud MD yang profesor doktor, yang Menko Polhukam akhir-akhir ini sering mengeluarkan kata-kata yang menurut Ady kurang pantas.
”Apa yang keluar dari mulut pejabat mestinya kalimat yang terukur, sejuk, dan diharap menimbulkan semangat persatuan antar anak bangsa. Kalimat yang menggunakan kata ’sikat’ dan sejenisnya, itu perulangan pejabat khas Orde Baru yang sudah sama-sama disepakati untuk dikubur dalam alam reformasi,” katanya.
Menurut Ady, Mahfud termasuk juga bagian dari kelompok yang lahir menyudahi rezim represif itu, mestinya tidak menggunakan kata-kata yang bersifat menekan. ”Itu kan gaya Orba,” lanjutnya.
Di ujung tulisannya, dia menulis: pejabat yang baik itu harusnya mengajak kepada kebaikan, bukan membuat suasana tambah panas di tengah pandemi dan resesi ekonomi ini. Lalu, dia mengakhirinya dengan menulis: banyak istighfar Pak Mahfud.
Jabatan Mengubah Pikiran
Menurut Anda, Ady mengkritik atau menyayangi Pak Mahfud? Menurut saya, kedua-duanya. Ya, mengingatkan, ya menyayangi. Tak hanya Ady, sekelas Rocky Gerung yang mengaku masih hormat meski posisinya berseberangan, berpendapat bahwa kadar ke-Mahfud-an Mahfud MD sudah berkurang.
Mengapa? ”Pak Mahfud, beliau tetap salah satu pejabat yang masih mengedepankan akal sehat. Hanya saja sekarang sudah berkurang,” kata Rocky.
Memang banyak yang menyayangkan hilangnya ke-Mahfud-an Mahfud MD sejak menduduki posisi sebagai Menko Polhukam. Sudah mulai menggemari kata-kata yang tidak biasanya keluar dari dirinya.
Masih banyak yang berharap, termasuk Ady Amar, Mahfud di mana pun berada, di kekuasaan, di kampus, di MK, di DPR, dan di mana pun berada, tetaplah Mahfud MD, seorang yang selalu mengedepankan akal sehat instead of okol yang kuat, pendebat yang cool, dan pembalik argumen yang andal. Pengguna logika mantiq ala santri yang baik.
Bukan, pemakai kata yang kasar, menekan, apalagi mengancam. Itu bukanlah Mahfud MD, meski dia berada di singgasana Menko Polhukam. Salam!
Editor Sugeng Purwanto