PWMU.CO – Guru dan siswa menyuguhkan musikalisasi puisi di Puncak Bulan Bahasa SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik, Jumat (27/10/2023).
Ialah Fatma Hajar Islamiyah MPd dan Rahmat Arianto SPd yang berkolaborasi dengan dua siswa berbakat dari SD Mugeb. Yakni Mestika Cinta Dona Alicya kelas VI al-Amin dan Fathia Farisya Bhakti kelas V Engine.
Seluruh siswa kelas I-VI menyaksikan penampilan apik mereka di lapangan timur sekolah ramah anak itu. Berulang kali tepuk tangan siswa bergemuruh di sela-sela penampilan mereka. Sebagian siswa kelas VI juga tampak ikut bernyanyi. Pun guru-guru yang berbaris di bagian belakang.
Tampilan musikalisasi puisi memang terbilang langka di SD Mugeb. Ini pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir ada suguhan musikalisasi puisi di tengah mereka.
Fatma dan Fathia membawakan puisi karya Fatma yang berjudul ‘Karya Raya Bahasa’. Penampilan mereka kian memukau dengan iringan Mestika menyanyikan lagu ‘Jadilah Legenda’ yang dipopulerkan Superman is Dead (SID). Sementara Rahmat mengiringi dengan gitar elektriknya.
Saat diwawancarai PWMU.CO, Fatma mengakui ini pertama kalinya dia membawakan musikalisasi puisi. Dengan deg-degan, Ketua Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Kabupaten Gresik itu mencoba menyusun puisinya sejak Kamis (26/10/2023) siang.
“Sambil mengajar, saya nulis sebait. Tak bawa ke mana-mana kertas ini,” ujarnya sambil menunjukkan selembar kertas berisi coretan puisinya. Saat itu, Fatma, Fathia, Mestika, dan Rahmat berlatih di ruang Bimbingan dan Konseling.
“Nanti Fathia baca puisinya dulu ya yang bait pertama dan kedua, setelah itu Ustadzah baca yang baik ketiga dan keempat, terakhirnya kita baca bareng,” terangnya saat briefing. Sementara Mestika yang bersuara merdu itu menyamakan nada dengan alunan gitar Rahmat.
Makna Kaya Raya Bahasa
Inilah puisi karya Fatma yang mereka tampilkan.
Kaya Raya Bahasa
Tanah tuhan membentang
Bersama warna pesona manusia
Yang hidup dalam bayang-bayang
Ragam bahasa bertumpu Indonesia
Bertanam dalam lubang-lubang ladang
Biji bahasa segenggam budaya
Hari hujan dari rasa yang berkembang
Menumbuh lebatkan kata dan istilah
Berjuta ungkapan kepala
Dari buya nusantara
Lahirkan karya raya bahasa
Dari beribu ibu manusia Indonesia
Karya raya bahasa
Menghidup hidupi makna kehidupan.
Di sela-sela latihan, Fatma menerangkan makna puisinya. “Kaya raya bahasa ini menggambarkan bahasa kita, bahasa Indonesia,” ujarnya.
Bersama warna pesona bangsa Indonesia, sambung Fatma, semua ragam bahasa itu tadi hidup dalam bayang-bayang. “Bayang-bayang itu maksudnya terikat. Ragam bahasa bertumpu pada bahasa yang satu, yaitu bahasa Indonesia. Kita bicara tentang Sumpah pemuda,” imbuhnya.
Adapun soal puisinya bertanam dalam lubang-lubang ladang, Fatma menjelaskan, “Bahasa itu tertanam dalam ladang Indonesia. Kalau kita lihat peta Indonesia, Indonesia itu serupa titik-titik. Lha itu tertanamkan di situ. Berupa bahasa yang digenggam dalam segenggam budaya.”
Terkait hari hujan dan rasa yang berkembang, Fatma menerangkan, maksudnya ialah rasa kesatuan Republik Indonesia. “Hujan itu menumbuh lebatkan kata dan istilah. Akhirnya kita sekarang banyak mengenal kata-kata. Ada bahasa Jawa tapi terserap jadi bahasa Indonesia. Begitulah makna bait kedua,” ujarnya sambil tersenyum.
Selanjutnya, bait ketiga, kata Fatma menggambarkan berjuta pikiran orang dari Indonesia. “Dan lahir banyak karya yang mengkayakan bangsa dari beribu Ibu manusia Indonesia. Tanpa bahasa, kita tidak bisa hidup memahami banyak hal,” ungkapnya. (*)
Penulis Sayyidah Nuriyah Editor Mohammad Nurfatoni