PWMU.CO – Pemuda Muhammadiyah di era millenal ini harus cerdas dan senantiasa mengikuti dinamika dan perkembangan isu-isu keislaman yang bersifat kekinian. Banyak ideologi yang bermunculan, mulai dari garis keras, kiri, kanan, dan lain sebagainya.
Isu ini muncul dan menarik ketika acara Bedah Buku “The Clash of Ideologi Muhamnadiyah” yang d selenggarakan Forum Kajian Malam Sabtu (KAMATSU) Angkatan Muda Muhammadiyah Yogyakarta, (27/10). Bertempat di Aula Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Yogyakarta, acara ini menghadirkan penulis buku, Sholihul Huda MFilI dan Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Jerman, Ridho Al Hamdi PhD.
Dalam penelitiannya, Sholikh menyatakan ada fenomena sebagian warga yang cenderung lebih bisa menerima kelompok Islam kanan ketimbang kelompok Islam kiri atau liberal. Hal itu tampak dari beberapa tradisi sosial keagamaan kelompok Islam kanan yang juga dipraktikkan: cara berpakaian dengan cadar, ide khilafah, celana cingkrang, aksi-aksi demo menyikapi persoalan sosial keagamaan, dan lain-lain.
“Berbagai tradisi itu sebelumnya tidak pernah ada di Muhammadiyah, tapi kini banyak yang melakukanya,” jelas Sholikh.
Sementara, Ridho Al Hamdi mengatakan bahwa fenomena Muhammadiyah miring ke kanan ataupun kiri tidak lepas dari keterpengaruhan arus informasi global yang tidak dapat terbendung. Termasuk informasi terkait paham-paham baru Islam, baik yang liberal maupun radikal.
“Maka yang paling penting adalah perlunya penguatan ideologi di internal warga Muhammadiyah,” kata Ridho yang juga dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu.
Ditambahi Sholikh, untuk mengembalikan Muhammadiyah yang miring ke kanan atau kiri pada garis tengah (wasathiyah), ada beberapa hal yang perlu segera dilakukan oleh pimpinan dan warga Muhammadiyah. “Pertama, resoliditasi gerakan, yaitu meluruskan shaf jamaah. Kedua, rekontekstualisasi gerakan dengan mengubah paradigma dan manhaj dakwah yang lebih responsif dan empatif,” jelas pria yang juga dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya itu.
“Ketiga, pribumisasi gerakan Muhammadiyah. Maksudnya tetap menjaga ruh spirit Al-maun dalam setiap pembangunan dan pengembangan AUM di masyarakat. (Ferry Yudi AS)